Selamat datang

(~^.^)~\(=.=)/~(^.^~) 안녕해세요 친구들.. Selamat Datang.. Welcome .. いらっしゃいませ。。~(^.^~) \(=.=)/(~^.^)~

11.01.2012

MISTAKE


Mistake
  • Hwang Soo Jeong
  • Kim Jong In

Tatapan mata tajam itu menohok yeoja itu, tatapan tajam penuh dengan pertanyaan dan tak memiliki rasa hangat sekalipun. Jemari dari tangan itu mengetuk-ngetuk meja dihadapannya sambil mendesah kesal.
“Kemana kau?” tanya namja itu kepada telepon genggamnya.
“Kkamjong,” ujar yeoja itu lengah, tangannya memegang telepon genggam yang masih menerima panggilan dari namja yang dipanggil.
“Kenapa lama sekali?” desis namja itu galak,
“Mianhae, aku…”
“Bukankah kau tahu aku sibuk?” cetus namja itu galak. Yeoja itu terdiam dan menatap lemah ke arah namja itu dalam diamnya ia menggerutu kesal.
“Bukankah waktu ujian masuk perguruan tinggi masih lama?” tanya yeoja itu dengan perlahan.
“Bukan berarti aku bisa bermain-main dan menungguimu terus-terusan bukan?” tanya namja itu sekali lagi.
“Bukankah dulu kau bilang semua itu bukan masalah?” tanya yeoja itu dengan suara mulai meninggi.
“Itu dulu,” namja itu kemudian terdiam. Yeoja dihadapannya melengos, menghindari tatapan namja itu.

= Soo Jeong’s Pov
Aku menolehkan wajahku dari tatapan si bodoh nan sensitive dihadapanku. Itu dulu? Begitu mudahnya ia mengungkiri janji manisnya terhadapku. Air mataku mulai begumul dan membuat laut di pelupuk mataku. Kini ia tak mengeluarkan sepatah-katapun. Ia hanya sensitive kepada perasaannya dan tak pernah peka terhadap perasaanku. Memangnya siapa aku? Aku ini kekasihnya, wanita yang katanya ia cintai, wanita yang katanya akan mengisi masa depannya, tapi apa sekarang? Itu dulu katanya?!
Tangannya berusaha mengelus lembut tanganku, aku melirik lirih tangan manlynya dan menarik tanganku dari atas meja, ku ambil HPku yang tergeletak diatas meja berdekatan dengan kopi yang dipesannya sembari menungguku. Angin sore menemaniku, ya! Hanya angin sore, dirinya sama sekali tidak menemaniku, ia sekali lagi memberikanku rasa sakit yang menusuk perlahan tapi pasti.
“Soo Jeong-ah,” ujar namja itu lemah.
uri geumanhaja Jong In ah..(kita putus saja Jong-In ah)  ujarku lembut, aku tersenyum sebisaku dan menelusuri wajah tampannya yang mungkin akan begitu kurindukan. Kulit cokelatnya yang manis selalu mengelus dan merangkulku lembut takkan lagi kurasakan. Pikiranku melayang jauh dari tempatku saat ini. Ia terdiam dan menatapku tak percaya, kukuatkan kedua kakiku untuk beranjak dari dudukku dan melangkah pergi meninggalkannya sendiri dengan bayanganku.
“Ya! Hwang Soo Jeong!” pekiknya sambil berdiri dari duduknya dan berusaha mengejarku, beberapa pelayan café memperhatikan kami, kami? Tidak, sekarang aku dan Jong In berbeda dan tidak dapat lagi disebut kami, batinku menahan lagi rasa sakit yang ia berikan atau hanya ilusi ku saja?
“Dengarkan aku,” ucapnya terengah, ia hanya berlari beberapa langkah namun deru nafasnya memburu cepat seolah ia telah menyelesaikan beberapa putaran lapangan.
“Aku harus bertemu dengan Sung Gyu Oppa.” Ucapku lirih, mianhaeyo Gyu Oppa, aku memakai namamu lagi, ucapku tulus dalam hati. Tangan kecolekatan kekarnya terlepas dari lenganku, seolah ia membiarkanku untuk mengejar namja lain. Dengan cepat aku memegang tali tas selempangku dan menggenggam erat telepon genggamku, aku berbalik dan membiarkannya yang berdiri dengan lemah sambil melihat punggungku menjauh dari sosoknya yang terdiam.

= Writer’s Pov
Yeoja itu berjalan dengan mata yang masih berkaca-kaca dan angin musim itu menemaninya, ia sendiri tak tahu musim apa sekarang, yang jelas sore itu mendung adalah suasana hatinya, kakinya membawanya kesebuah café yang terletak tak jauh dari sebuah universitas.
‘tingtong’
Bunyi bel zaman dahulu itu nyaring, menandakan bahwa ada seseorang yang membuka pintu café tersebut dan sesosok wanita masuk.
“Ga Eul-ah, adikmu,” ucap Min Hee sambil mengelap meja yang baru saja selesai dipakai pelanggan café tersebut. Yeoja yang dipanggil Min Hee melolong dan menatap yeoja yang dimaksud oleh Min Hee dengan tatapan datar.
“Biarkan dia,” ucap Ga Eul sambil mengusir Min Hee dari hadapan Soo Jeong. Ga Eul memesankan yeoja itu sebuah hot chocolate dan menyuruh Min Hee mengantarkannya kepada Soo Jeong.
“Minumlah, gratis.” Ucap Min Hee santai pada Soo Jeong, yeoja itu menoleh dan menatap Ga Eul resah.
“Tak apa, duduk dan minumlah,” ucap Ga Eul dengan perlahan, Soo Jeong mengerti dengan cara membaca gerakan mulut Ga Eul.
“Ada apa dengannya yah?” tanya Min Hee penasaran.
“Jaga kasir sebentar, aku akan ke loker mengambil telepon genggamku,” ucap Ga Eul sambil menepuk bahu Min Hee yang membalasnya dengan anggukan singkat.
“Apa kau bertengkar dengan Soo Jeong?” pesan itu terkirim kepada kontak dengan nama  ‘Jong In’. Ga Eul lalu me-non-activekan suara dari Hpnya dan memasukan kesaku seragam kerjanya.
“Sudah? Apa Jong In membalasnya?” tanya Min Hee sekembalinya Ga Eul dari ruang loker, yeoja itu menggeleng cepat dan melayani pe4langgan yang sudah siap memesan minuman mereka.

= Jong In’s Pov
Kris Hyung terus memaksaku untuk berbicara kepadanya ketika pikiranku jelas-jelas terbang kesana kemari dengan tak menentu.
“Katakanlah, jelaskanlah,” desak namja yang memiliki tubuh luar biasa itu disebelahku, aku menjatuhkan tubuhku kererumputan luas disekitar sungai Han.
“Hyung.” Ucapku datar, ia menoleh dan menatapku, aku kesialauan menatap wajahnya.
Na eoddeokhaji? (Aku bagaimana?)” tanyaku bodoh, ia mengerutkan alisnya yang tebal tersebut dan ikut tiduran diatas rerumputan bersamaku.
“Apanya?” tanya-nya sekilas.
“Soo Jeong memutuskanku, dan sekarang ia bersama dengan Kim Sung Gyu,” ucapku tertahan, sakit untuk memikirkannya apa lagi mencoba membayangkan apa yang sedang yeoja itu lakukan dengan namja bermata sipit itu.
“Kenapa bisa ia memintamu untuk putus dengannya?” tanya namja disampingku lagi dengan nada kebingungan.
“Karena kata-kata bodohku, karena aku terlalu bodoh untuknya, atau apapun itu,” ucapku sambil mengacak-acak rambut hitamku resah.
“Kenapa tidak menjaganya dengan benar?” pertanyaan itu menohok jantungku dengan tepat. Kris Hyung menyukai Ga Eul, namun yeoja yang katanya kakak angkat dari Soo Jeong itu memilih Nam Woo Hyun, namja yang tingginya jelas kalah jauh dari Kris Hyung dan memintan maaf karena ia tak bisa menerima Kris Hyung karena beberapa alasan tak masuk akal.
“Kau tahu bukan, aku masih dalam usaha mendapatkannya, dan menunggunya berpisah dengan Woo Hyun? Dan hal itu juga yang sedang dilakukan oleh Kim Sung Gyu, yang notabene sainganmu Jong In-ah.” Dan ia benar, wajahnya serius saat mengatakan hal itu. Alasan Soo Jeong menolakku adalah karena hubungan kami sudah lebih dulu dimulai saat ia berkenalan dengan Kim Sung Gyu.
“Lalu?” tanyaku bodoh, namja jangkung disebelahku siap menonjok bahuku lembut.
“Kejar dia,” ucapnya sambil tersenyum sekilas. Namja itu memang jarang tersenyum dan selalu serius, namun tingkahnya selalu hangat jika Ga Eul Noona berada disekelilingnya.
“Pesan dari Ga Eul Noona,” gumamku perlahan, Kris Hyung jelas mendengarnya. Ia melirik kearah Hpku dan membuang tatapannya kearah lain dengan cepat.
“Ke café tempatnya part-time?” tanyanya ambigu.
“Hah?” tanyaku kebingungan,
“Siapa yang kecafe tempat Ga Eul Noona ? Kita? Atau Soo Jeong?” tanyaku sambil menatapnya bingung.
“Soo Jeong,” ucapnya dingin.
“Mungkin, kalau tidak bagaimana mungkin Ga Eul Noona mengetahui masalah kami…” ucap ku tak enak, namja disampingku selalu menaikkan tingkat kesensitivitasannya setiap kali nama yeoja itu disebut.
“Apa kau akan kesana?” tanyanya datar, aku mengangguk, menandakan aku mengikuti sarannya, mengiyakan bahwa ia memberikan saran yang tepat.
“Hyung mau ikut?” tanyaku entah polos, bodoh, atau apapun itu. Ia menganggukan kepalanya sebentar dan kami beranjak dari taman bodoh itu.

= Writer’s Pov
“Ga Eul-ah,” panggil Min Hee dengan rasa penasaran yang jelas terlihat di air wajah yeoja itu.
“Apa?” tanya Ga Eul ketus, tingkat keingin tahuan Min Hee selalu meningkat jika itu menyangkut dengan kisah cinta orang lain.
“Apa Jong In belum membalas pesanmu?” tanyanya berbisik,
“Belum,” ucap Ga Eul santai dan tak perduli.
“Apakah ia akan datang langsung yah…” ucap Min Hee dari keras hingga mengecil ketika beberapa pelanggan memasuki café dan memesan minuman kepada Ga Eul, yeoja itu sembari bersiap membuat pesanan para pelanggan.
“Hyung memang selalu melakukan hal bodoh setiap pelajaran bukan?” suara lantang itu membuat semburat pink di pipi Ga Eul, ia menunduk dan mencoba untuk bertingkah biasa.
“Yeoja manis, aku ingin kopi pahit satu karena aku mabuk manis karenamu,”
“YA! NAM WOO HYUN ITU MENJIJIKAN!” pekik Min Hee sambil melempar selembar tissue kearah Woo Hyun, namja itu hanya menyengir bodoh atas tingkah Min Hee.
“Kupesankan yang biasa, Sung Gyu Oppa?” tanya Ga Eul pada Sung Gyu yang tak berhenti tertawa menatap aksi kekerasan dan anarkis ala Lee Min Hee.
“Cappucino dengan banyak Whip.” Ucap namja itu sambil membelokan tatapannya dan menemukan sesosok yeoja yang terdiam dan membiarkan cokelat hangatnya mendingin tanpa disentuh sedikitpun.
“Boleh aku duduk di meja yang sama dengan Soo Jeong?” bisik Sung Gyu pada Ga Eul yang dijawab dengan anggukan polos milik yeoja itu.
“Ah! Woo Hyun Oppa! Kemana Ho Won? Ia masih mengutang padaku satu box Kimbab!” ucap Min Hee percaya diri.
“Buatkan minuman kami dengan cepat, dan akan kubuat ia datang ke café ini.” ucap Woo Hyun dengan senyum bodoh ala dirinya.
“Ish,” desis Min Hee sambil mengerjakan minuman milik mereka berdua.
Sung Gyu duduk didepan Soo Jeong yang tak begitu memperhatikan sekelilingnya.
“Minumlah, hot chocomu sudah dingin,” ucapan namja itu membuat Soo Jeong tersentak dari khayalannya.
“Ga Eul-ah, inikan hari sabtu, kenapa masih berkerja part-time? Kapan waktumu akan kau habiskan denganku?” tanya Woo Hyun keras-keras dan masa bodoh dengan sekelilingnya.
“Gajinya lebih tinggi,” ucap Ga Eul polos dan sekedarnya.
“Pentingan Gaji daripada berkencan denganku,” ucap Woo Hyun kesal.
“Apa kau ada masalah?” tanya Sung Gyu sambil menyenderkan punggungnya kesandaran bangku yang ia duduki,
“Aku ambil minuman dulu,” ucap Woo Hyun yang mengerti kehadirannya mengganggu dua makhluk disebelahnya.
“Telepon Howon dihadapanku,” paksa Min Hee dengan menahan minuman yang dipesan dua namja itu.
“Anniyo oppa,” ucap Soo Jeong sambil mencoba untuk tersenyum, air matanya sudah masuk kembali kedalam sel-sel dimatanya dan perasaanya sudah mulai baikan, karena itu ia tak ingin membahas apapun tentang Jong In dan masa lalunya.
“Apakah ia menyakitimu?” tanya Sung Gyu hati-hati.
“Siapa maksud oppa?” tanya Soo Jeong berpura-pura tak tahu,
“Coco,” ucap Sung Gyu dengan senyuman dan eye-smilenya polos.
“Coco baik dan sangat penurut,” ujar Soo Jeong sambil tersenyum lega, karena Sung Gyu tidak mengucapkan nama namja yang sedang tak ingin ia dengar sama sekali.
“Dia memang yang paling manis dibanding dua saudara lainnya,” ucap Sung Gyu sambil terus tersenyum
“Apa oppa ingin melihat selcaku dengan Coco?” tanya Soo Jeong dengan senyum yang membuat Ga Eul menghela nafas lega.
“Kau sering berselca dengannya?” tanya Sung Gyu dengan nada penasaran. Soo Jeong mengangguk cepat,
“Ada foto Ga Eul Onnie dengannya juga, aku selalu memaksanya berfoto dengan Coco setiap kali ia datang kerumahku.” Ucap Soo Jeong dengan senyum yang muncul diwajahnya.
‘tintong’
Suara bel itu berbunyi lagi dan Ga Eul bersiap menyambut tamu yang berjalan masuk, namun salam smabutan yang biasa yeoja itu sebutkan tertahan di ujung bibirnya dan ia segera melirik kearah Soo Jeong dan Sung Gyu yang tampak sibuk dengan HP Soo Jeong.
Senyuman dingin milik namja itu seolah menarik perhatian dari Min Hee juga Woo Hyun yang sibuk berceloteh riang tak jelas sambil membicarakan tentang Ho Won. Senyuman itu membuat Min Hee mundur dan mendekat kearah Ga Eul dengan pasti.
“Hwang Soo Jeong,” suara dengan nada dingin itu membuat yeoja yang sedang men-slide-slidekan pic dari HPnya terdiam dan menoleh kearah atas dengan perlahan.
“Kkamjong…” hanya kata itu yang meluncur dari mulut Soo Jeong dan sebuat tatapan sangar didapatnya. Tatapan yang menyakitinya setiap kali namja itu tampak marah.
“Kau benar-benar bertemu dengannya setelah memutuskanku?” Soo Jeong terdiam, ke-4orang lainnya menatap tak percaya.
“Putus?” tanya Min Hee dengan bebisik perlahan, Ga Eul menoleh kearah sahabatnya dan terdiam. Woo Hyun terdiam melihat keadaan yang mendingin seketika, terutama ketika ia melihat sosok Kris muncul dengan namja itu.
“Jangan kesana,” tahan Ga Eul pada Woo Hyun, namja itu mengangguk sambil tersenyum dengan sangat terpaksa, hal itu tampak jelas pada wajah namja itu.
“Kau salah paham,” ucap Soo Jeong cepat.
“Lalu kenapa namja ini bisa ada di list setelah janji makan siang kita hari ini?” tanya Jong In dengan tatapan dinginnya.
“Jangan menatapku seperti itu. Itu menyakitkan…” ucap Soo Jeong sambil menahan air mata di pelupuknya.
“Lalu? Aku harus bagaimana? Menatapmu seolah kau satu-satunya? Apa itu membuatmu bahagia? Apa kau lebih senang aku menatapmu seperti namja dihadapanmu ini? Namja yang tergila-gila padamu?” tanya Jong In setengah berteriak.
“Jong In-ah, kecilkan suaramu,” Ga Eul maju dan menenangkan Jong In yang sudah mendapat perhatian penuh dari pengunjung lainnya. Jong In menatap Ga Eul dengan galak dan melengos kesal kearah lain.
“Jangan seperti itu,” ucap Kris sambil berdehem tepat dibelakang namja yang dikuasai amarahnya itu.
“Bukankah lebih baik mencintai namja yang tergila-gila padaku dibandingkan aku mencintai namja yang KATANYA mencintaiku? Tanpa ada bukti? Namja yang katanya mencintaiku tapi dengan mudah menyakitiku dengan tatapannya, dengan kata-katanya dan dengan tingkahnya? Tidakah kau berpikir aku ini bagai bonekamu Kim Jong In?” suara Soo Jeong terdengar datar namun beremosi tak stabil. Diam, Jong In terpaku. Kalimat itu memang sangat pas untuk dirinya. Ia mengacuhkan Soo Jeong sejak ia lulus sekolah menengah atas dengan alasan persiapan masuk perguruan tinggi. Faktanya? Ia bermain dengan teman-temannya hingga malam dan mematikan telepon genggamnya seolah ia benar-benar sibuk mengurung diri dan belajar. Tatapan matanya yang menyakitkan adalah tanda ia salah kepada Soo Jeong, yeoja yang mengisi ruang hampa di lubang kehidupannya. Tatapan mata itu merupakan cerminan rasa cemburunya karena Soo Jeong akhir-akhir ini lebih sering menghabiskan waktu dengan Kim Sung Gyu yang memang saingannya, namja itu menyukai Soo Jeong dan terus-terusan memperlakukan yeojanya dengan pengertian dan perhatian. Lalu dengan kata-kata kasarnya? Apa yang bisa Jong In lakukan? Ia terlalu cemburu dengan kedekatan antara Sung Gyu dan Soo Jeong, terutama ketika Sung Gyu memberikan anjing kecil berwarna hitam dengan nama coco untuk Soo Jeong rawat.
“Ti…tidakah kau tahu? Aku mencintaimu, hanya saja jalan dan cara yang kutempuh salah?” suara itu bergetar, Soo Jeong tersentak mendengar nada bicara namja yang mengepalkan tangannya kuat-kuat. Namja itu lalu berbalik dengan senyum yang tertahan.
“Berbahagialah dengannya Hwang Soo Jeong.” Ucap Jong In sambil berjalan keluar café tersebut. Jong In melewati Kris yang melirik kearah Ga Eul yang mencoba menahan Jong In agar tidak keluar. Tangan Jong In menepis tangan Ga Eul yang mencoba menggapai lengan namja itu.
“Bisakah kau tidak kasar? Ga Eul ingin semuanya selesai, bukan memojokanmu atau menyalahkanmu.” Suara Woo Hyun bersamaan dengan gerakan tangannya yang menangkap tubuh Ga Eul yang sedikit terhuyung.
“Gwaenchana?” tanya Kris datar seolah tak memperdulikan kehadiran Woo Hyun.
“Ne, tolong jaga Jong In.” Kris mengangguk dan melambaikan tangannya kearah Ga Eul sambil tersenyum sekilas.
“Dia masih memperdulikanmu,” ucap Woo Hyun seolah menyalahkan Ga Eul, namun yeoja itu tak menggubrisnya dan berjalan cepat kearah Soo Jeong.
“Kau mau tissue?” tanya Min Hee perhatian.
“Ada apa ini?” tanya Ho Won yang baru datang tampak terkejut dengan segumulan temannya didalam café yang tampak panic.
“Jong In dan Kris datang beberapa waktu lalu,” ucap Woo Hyun sambil melirik kearah pintu.
“Ah, aku melihat Kris mengejar Jong In.” ucap Ho Won santai, ia menghampiri Min Hee dan menyodorkan satu kantong plastic berisi satu box kimbab yang dijanjikan namja itu.
=
Satu tahun berlalu sejak itu, tak ada kontak antara Soo Jeong dan Jong In, sesekali Kris datang dan setiap Ga Eul menanyakan tentang Jong In, namja itu tampak menghindari mata Ga Eul dan tak lama ia pamit pergi. Soo Jeong tampak tak perduli setiap kali Sung Gyu mengajaknya untuk memulai suatu hubungan yang baru, ia masih terpikir akan alasannya memutuskan Jong In adalah sesuatu yang salah, ia tak hanya menutup hatinya untuk Sung Gyu, namun untuk banyak namja juga ia perlakukan sama.
“Eonni besok hari terakhirmu part-time di café?” pesan itu masuk dan Ga Eul membalasnya singkat hanya dengan satu kata.
“Eung,” balas Ga Eul singkat,
“Aku ingin menghabiskan satu hari dengan memperhatikanmu bekerja.” Ucap Soo Jeong dalam pesan selanjutnya.
“Baiklah, bonus untuk penggemarku satu hot chocolate,” canda Ga Eul dipesannya untuk Soo Jeong.
=
“Hot Chocoku!” rengek Soo Jeong pada Ga Eul yang menjadi pekerja Part-time dihari terakhirnya karena ia sudah harus benar-benar folus pada kuliahnya yang ada di tingkat atas dan akan segera lulus.
“Akan ada setelah kau kembali dari toilet!” Pekik Min Hee tak sabaran. Dengan langkah riangnya yeoja itu berjalan kearah toilet yang ada dibelakang ruangan.
“Noona Annyeong,” sapaan itu lebih dulu membuat Ga Eul tak bisa mengucapkan salamnya pada pengunjung tersebut.
“J…Jong In?” ucap Ga Eul tak percaya, namja itu mengangguk dengan senyum galaknya yang memang biasa terpampang diwajah namja itu.
“Mana Hot Chocoku eon?!” teriak Soo Jeong pada Min Hee yang juga terdiam. Teriakan ceria itu tak lagi muncul, yeoja itu terdiam dan menatap dalam namja berkulit kecoklatan yang jarang dimiliki oleh orang korea.
“Kkamjong,” namja itu menoleh seakan itu nama aslinya,
“Kau masih memiliki habit memanggilku dengan panggilan itu?” tanya namja itu dengan senyuman tulusnya.
“Noona, hot choco.” Seru Jong In sambil mengeluarkan dompetnya.
“Hari ini kutraktir, duduklah dengan Soo Jeong dan akan ku antarkan.” Ucap Ga Eul dengan senyum khasnya.
“Apa kabar?” pertanyaan bodoh itu dilontarkan Jong In, Soo Jeong hanya tersennyum bodoh.
“Apa kau tahu? Kau sama sekali tak berubah.” Ucap Soo Jeong sambil menyeruput hot choconya dengan smirk cantik yang taksadar ia tampakan.
“Bukankah benar? Aku memang tak berubah, mungkin kau menjalani hidupmu dan itu berubah banyak, tapi tidak dengan hidupku.
“Hot Choco,” ujar Ga Eul sambil menaru gelas dengan hot choco itu dihadapan Jong In, kemudian yeoja itu kembali sibuk bekerja.
“Yap, semuanya berubah Kim Jong In, dan bukankah kau yah harusnya jauh lebih berubah?” tanya Soo Jeong singkat,
“Tidak, bagaimana aku bisa berubah jika kau menghilang dari hidupku? Aku tak punya cahaya lagi setelah kau meninggalkanku Hwang Soo Jeong.”
“Lalu? Apa aku harus kembali bersamamu? Apa kau akan terus menyalahkanku atas perpisahan itu?” tanya Soo Jeongsambil memalingkan wajahnya dari tatapan namja itu.
“Tidak, aku hanya ingin berterimakasih, karena atas perpisahan itu membuatku mengerti aku bukan hanya mencintaimu, tetapi lebih dari itu.” Ujar Jong In blak-blakan.
“Tapi aku tahi, saat ini pasti kau sangat bahagia dengan namja yang bernama Kim Sung Gyu. Yang katamu lebih baik dariku.” Lanjut Jong In lagi, karena Soo Jeong hanya terdiam dan tidak menjawab kalimatnya.
“Jong In-ah,” ujar Ga Eul dari belakang meja kasir. Namja itu menoleh dan membaca bibir Ga Eul dengan seksama,
“Kau tidak berpacaran dengan Sung Gyu?” ucap Jong In terkejut kearah Soo Jeong, yeoja itu sontak berbalik kebelakang dan menatap Ga Eul yang berpura-pura sibuk dengan lap meja yang diputar-putar olehnya.
“Haruskah aku mengiyakannya?” tawa renyah Soo Jeong muncul dan itu membuat Jong In mendesah lega,
“Masihkah kau mencintaiku?” pertanyaan itu membuat mata Soo Jeong membulat dan menatap dalam mata hitam milik Jong In.
“Apakah kau juga merindukanku seperti aku yang hampir gila karena tak mampu memelukmu? Tak mampu mengelus jemarimu, menyibak rambut panjangmu, atau hanya sekedar mencium wangi parfummu….?” Yeoja dihadapan namja itu terdiam
“Aku tidak merindukan semua itu, aku hanya merindukan segala tingkah jahatmu padaku. Seperti ttapan mata yang tajam dan menusuk, kata-kata kasar yang membuatku membentak-bentakmu, dan tingkah bodoh disaat kita berkencan.” Ucap Soo Jeong sambil menunduk.
“Lalu? Apa alasan selama ini kita berpegang pada ego?” Jong In mengecup puncak kepala Soo Jeong, yeoja itu menaikkan kepalanya terkejut dan tersipu malu.
“Naeko haja Hwang Soo Jeong.” Ucap Jong In dengan kepercayaan dirinya yang naik berkali-kali lipat untuk kembali hadir kedalam hidup yeoja yang begitu ia agungkan itu sekali lagi.
=theend<3=
cr: @sge3009 (twitter)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar