Selamat datang

(~^.^)~\(=.=)/~(^.^~) 안녕해세요 친구들.. Selamat Datang.. Welcome .. いらっしゃいませ。。~(^.^~) \(=.=)/(~^.^)~

12.10.2011

White Confession (Nam Woo Hyun)


Title : Woo Hyun White Confession
Cast : 
  • Nam Woo Hyun
  • Shin Ga Eul
================
From : Gaeul-yang (Nona Ga Eul)
Ya! Pabo, jangan lupa makan! Aku sudah melihat teasermu! Kau tampak buruk.. HAHAHA

-------

Woo Hyun-Pov~
Aku membuka pesan dari yeoja itu dan menautkan kedua alisku. Apa katanya?! Aku tampak buruk? Bukankah aku sangat tampan di teaser tersebut? Hatiku tertawa kecil membaca pesannya, meskipun aku sedikit kesal karena ia sama sekali tidak mengatakan bahwa ia merindukanku.

-------

From : Woo Hyun-Wangja (Pangeran Waha)
Aku akan memakanmu! Haha! Biarkan saja, yang penting inspirit diluar sana meneriakiku :p

-------

Ga Eul-Pov~

Aku mengerucutkan bibirku membaca pesan darinya, ia memang benar. Diluar sana diluar dunia kami berdua ia digilai ribuan yeoja lain, yang mungkin saja banyak yang lebih baik dariku. Aku menggeleng pelan dan tersenyum kecil, hati kecilku berkata “Tetapi yang kau cintai hanya aku seorang bukan Nam Woo Hyun”.

-------

Author-Pov~

Seorang yeoja berjalan lunglai dengan tas besar menggantung di bahu kanannya. Suasana malam musim dingin yang gelap dan dingin membuat yeoja itu mempercepat jalannya agar sesegera mungkin ia sampai dirumahnya. Yeoja itu berdiri didepan sebuah pintu kayu, namun ia terdiam, memandangi rumahnya yang tampak sepi itu. Perlahan yeoja itu memasukkan tangannya kedalam saku jaketnya yang tebal dan meraih HPnya, menekan tombol pembuka kuncinya dan menghela nafasnya berat.

“Menunggu pesan dari seseorang?”

Yeoja itu berbalik dan menyelidik kejalanan belakangnya dan… seseorang memakaikannya penghangat kuping yang sering kali ia lupa gunakan, dengan senyum merekah yang terukir dengan sempurna.

“Hangat? Lihat kuping mu memerah, pabo..” belum selesai namja itu menyelesaikan kata – katanya yeoja itu sudah dengan cepat menjatuhkan dirinya kedalam dekap hangat namja itu.

“Merindukanku?” tanya namja itu dengan tangan yang sudah dengan lembut mengelus setiap helai rambut hitam yeoja itu.

“PABO!” teriak yeoja tersebut, ia semakin mengeratkan pelukannya seolah tak ingin namja itu pergi meski hanya sedetik saja.

“Ayo masuk, aku dingin menungguimu sedari tadi,” ucap namja itu sambil berjalan perlahan meski yeoja itu masih memeluknya erat.

“Ya! Shin Ga Eul! Ingin membunuhku?” pekikan kecil itu disambut tatapan sinis yeoja itu, lalu dengan cepat ia berbalik membuka pagar rumahnya dan berjalan masuk kedalam rumah yang sepi itu.

--------

Ga Eul-Pov~

Aku berjalan menuju dapur ketika namja itu izin ke toilet, membuka kulkasku dan melihat apa yang bisa aku masakkan untuk namja yang berkeahlian memasak sepertinya. Ini tahun kedua kami menghabiskan musim dingin bersama, sudah beberapa kali aku mencoba untuk memasakkannya sesuatu yang special, namun ia masih saja mengomentari setiap rasa dari makanan yang kubuat. Bukankah setiap namja harusnya tersenyum, berterimakasih, dan hanya menghabiskan setiap makanan yang dibuatkan yeojachingunya?

“Haaaah~” aku menghela nafasku panjang,

“Kau kesal bertemu denganku?” suaranya mengejutkanku,

“Kau ingin makan apa? Bagaimana jika kau yang memasak?” aku menoleh sebentar, mencoba tak menghiraukan pertanyaannya.

“Ya! Kau kesal bertemu denganku?” pertanyaan menjengkelkan itu sekali lagi membuatku menoleh sebentar.

“Hanya ada Kimchi, beberapa sayuran, atau kau ingin kubuatkan sup?” aku kembali mengalihkan pertanyaanya. Kurasa jika ia pintar ia akan mengganti topic pembicaraan kami.

“Ya!!! Kau kesal bertemu denganku?” pertanyaan itu lagi! Teriak batinku kesal. Baiklah, namja yang berdiri dibelakangku merupakan salah satu penganut fanatic sebuah aliran kenarsisan. Dan kini ia berusaha membuatku untuk membuat sikap narsisnya muncul.

“BAIKLAH! NAM WOO HYUN-SSI! AKU SENANG BERTEMU DENGANMU YANG MENGHILANG SEJAK KE JEPANG! AKU YANG HARUS SELALU MENGIRIMIMU PESAN SETIAP HARINYA! ME-NYE-BAL-KAN!” aku berbalik dan mengatakan hal itu dengan lantang. Mencoba membuat tatapan mataku menusuk kearahnya, berusaha membuatnya tersenyum sedikit dan meminta maaf kepadaku.

-------

Woo Hyun-Pov~

“BAIKLAH! NAM WOO HYUN-SSI! AKU SENANG BERTEMU DENGANMU YANG MENGHILANG SEJAK KEJEPANG! AKU YANG HARUS SELALU MENGIRIMIMU PESAN SETIAP HARINYA! ME-NYE-BAL-KAN!” aku menatapnya dengan tatapan sedatar mungkin, meskipun dalam hati aku begitu bahagia. Bukankah artinya ia merindukanku? Bukankah ia hanya malu mengatakan ia mencintaiku?

“Lalu?” aku berusaha mengontrol emosi bahagiaku dengan menatapnya sedatar yang aku bisa.

“Kau tahu apa yang sedang kupegang bukan? Apa kau ingin ini melayang kearahmu?” aku membelalakan mataku, lalu aku tertawa mengakak dengan puas. Aku menatapnya meski tawaku masih keras,

“Berhenti tertawa!” pekiknya kesal.

“Baiklah Nona Ga Eul!” ucap ku sambil mengangkat kedua tanganku keudara.

“Mianhae,” ucapku sambil berjalan mendekat kearahnya.

“Masakkan aku makanan kalau begitu,” ia mendorong tubuhku dengan kedua tangan yang penuh dengan barang – barang yang masih ia pegang sedari tadi.

“Suamimu baru saja pulang, masakan sesuatu untukku><” ucapku berusaha membuatnya melembut. Aku tahu sekarang ia sedang ingin sekali memakanku, akibat hal bodoh yang aku tanyakan berkali – kali beberapa waktu lalu.

“Suami? Bukankah istrimu adalah si schedule yang padat itu?” suaranya meninggi dengan kesal. Aku tersenyum simpul, berdiri tegak, dan mengambil barang – barang yang sedari tadi tetap menempel didadaku.

“Kau mau makan apa?” tanyaku pada seorang yeoja yang begitu kucintai, ia menutup kulkas itu dan tersenyum berdiri disampingku yang mulai membuka – buka plastic yang menutupi sayuran tersebut.

“Apapun, aku menyukainya selama kau yang memasakannya untukku,” ucap Ga Eul sambil berlalu mepersiapkan peralatan makan kami, dan juga memasak nasi.

“Kemana appa dan eommamu?” tanyaku, suasana rumah memang sangat sepi, tak ada teriakan – teriakan seperti biasanya.

“Appa dan eomma berlibur, menikmati musim dingin,” ucap Ga Eul singkat.

“Lalu kau disini sendiri?” tanyaku sambil memotong – motong beberapa sayur.

“Hem~” ucapnya lebih singkat dari sebelumnya,

“Ga-Eul-ah,” ujarku lembut sambil menunjukkan aegyoku di dalam suaraku.

“Menjijikan Woo Hyun-ah,” ucapnya sambil berlalu keruang tengah. Aku menoleh dan melihatnya berjalan menghilang.

“Ada apa dengannya?” gumamku perlahan.

-------

Author-Pov~

Ada sesuatu yang mengganjal pikiran yeoja itu, membuatnya merasa bersalah pada namja yang ia cintai.

“Mianhae Woo Hyun-ah, aku tidak suka lobak,”

“Mianhae Woo Hyun-ah, aku tidak suka makanan terlalu manis,”

“Mianhae Woo Hyun-ah, aku tidak suka makanan yang terlalu pedas,”

-------

Woo Hyun berjalan keruang tengah, ia sudah selesai dengan tugas memasaknya, hanya tinggal menunggu sup dan beberapa makanan sedikit mendingin, karena Ga Eul tidak bisa memakan makanan panas. Namja itu berdiri mematung dengan tatapan bingung melihat yeoja yang selalu mengisi pikirannya setiap waktu duduk terdiam bahkan ia tampak melihat yeoja itu memikirkan sesuatu yang berat.

“Apa yang kau pikirkan?” tanya namja itu sembari duduk dan meraih remote tv yang terletak diatas meja didepan sofa yang sedang mereka duduki. Namja itu menyenderkan tubuhnya, membuat nyaman dirinya dengan sofa yang sudah ia kenal dan mencari – cari channel TV yang bisa ia tonton.

Ga Eul menoleh, memandang namja yang sedang terfokus pada TV yang berada tepat dihadapan mereka, tatapan bola matanya yang bening, beberapa kerut wajah yang menghiasi ketampanannya membuat Ga Eul tersenyum perlahan,

“Apakah kau mencintaiku Nam Woo Hyun?” ucap Ga Eul sepelan mungkin, berusaha membuat namja itu tidak mendengarnya, namun sia – sia, namja itu dengan cepat menoleh dan dengan segera mematikan TV yang sedang ia tonton barusan.

“Apa kau bilang?” tanyanya sambil memamerkan sederet gigi indahnya, ia tersenyum dan itu membuat Ga Eul semakin bingung apa yang sedang terjadi pada hatinya sekarang. Ia tidak menjalani hubungan ini secara main – main dengan Woo Hyun, kedua keluarga mereka sudah saling mengenal, dan ke6 member infinite lainnya sudah merestui hubungan mereka. Namun perasaan janggal itu seakan membuat Ga Eul tak dicintai oleh Nam Woo Hyun.

“Anni,” elak Ga Eul cepat, ia membalikkan wajahnya dan berdiri, ia berjalan menuju kedapur ketika tangan Woo Hyun menarik lengannya kuat dan mendekap yeoja itu seerat yang namja itu bisa.

“Pabo-ya?” tanya namja itu sambil mengecup ujung kepala yeojanya dengan lembut.

“Mianhae,” ucap yeoja itu perlahan,

“Heojo-mal andwaeyo. Jebal. (Jangan ucapkan kata berpisah, Please.)” Ga Eul menenggakkan wajahnya dan melihat namja yang menatap dirinya dalam.

“Apakah kau mencintaiku?”  tanya yeoja itu sekali lagi,

“Kurasa tak perlu menjelaskan hal itu,” ucapnya sambil menarik Ga Eul kemeja makan dengan cepat. Ga Eul duduk di kursi yang ditarikkan oleh Woo Hyun, keduanya makan dengan diam. Tak ada pembicaraan, entah apa yang ada dipikiran keduanya, berminggu – minggu tak bertemu, namun akhirnya hanya makan dengan suasana yang begitu dingin.

“Bogoshipeoseo..” suara Ga Eul membuat Woo Hyun menaikkan kepalanya, dan menatap yeoja yang sedang duduk dan memasukkan nasi kedalam mulutnya sedikit – sedikit.

“Lalu kenapa kau menanyakan hal itu?” tanya Woo Hyun sembari menaruh mangkuknya keatas meja, ia menopang kepalanya dengan menaruh dagunya ketangan dan menatap yeoja itu dalam.

“Aku mencari berita tentangmu, sesibuk apa dirimu hingga tak sempat menelponku setiap malam, tak sempat mengirimiku beberapa kata sebelum aku tidur, aku berusaha tegar namun…” suara Ga Eul terhenti ketika air matanya jatuh setetes, ia buru – buru mengelapnya dengan tisu yang ada didekatnya.

“Lalu?” ucap Woo Hyun meminta penjelasan lebih lanjut,

“Aku menemukan tipe wanita idealmu, dan kurasa itu bukan diriku,” ucap Ga Eul perlahan, yeoja itu memberanikan dirinya untuk menenggakkan wajahnya dengan perlahan, berusaha mendapatkan tatapan teduh yang selalu membuatnya kehilangan kata – katanya.

“Kenapa berpikiran seperti itu?” tanya namja itu dengan nada datar,

“Karena aku tak pernah sekalipun memakan masakanmu tanpa mengatakan apapun.., aku merasa suatu saat kau akan meninggalkanku,” Ga Eul mengucapkan apa yang ia pikirkan dengan lemah.

“Kau memang selalu mencerca masakanku, bukan karena itu tidak enak tetapi karena kau tidak menyukai beberapa hal yang ada didalamnya, dan yang membuatku semakin mencintaimu adalah kau selalu menghabiskannya meskipun ada beberapa hal yang tak kau sukai, aku tahu kau mencintaiku, dan kurasa seharusnya kau menyadari itu,” ucap namja itu mantap.

“Aku hanya ingin melihatmu tersenyum, memandang wajah cantikmu, dan selalu mendengar suaramu. Terkadang memang menyebalkan mendengarmu berteriak atau melihatmu melakukan hal bodoh, namun setiap kali itu memunculkan senyum cantikmu maka aku tak akan bermasalah dengan sesuatu yang kurang dalam dirimu. Karena kau adalah Shin Ga Eul yang dibutuhkan seorang Nam Woo Hyun,” Ga Eul yang terdiam kini menatap namja dihadapannya yang sudah mulai makan lagi dengan tatapan ‘apakah itu benar?’.

“Apakah kau bisa membuat orang lain mengetahui kau mencintaiku?” tantang Ga Eul, Woo Hyun diam menatap yeoja yang sudah memberikannya seulas senyum berharga bagi namja itu.

“Tunggu saat aku melamarmu, tunggu saat aku berdiri diatas panggung dan meneriakkan namamu, tunggu saat wajahku berada di seluruh stasiun TV dan aku akan mengatakan ‘satu – satunya yeoja yang kucintai adalah Shin Ga Eul’, dan kau harus bersiap mendapat serbuan dari fansku,” Woo Hyun memberikan winknya kepada yeoja yang sudah siap menjitak namja itu dengan sumpit ditangannya.

“Apa kau akan lari setelah melihatku diserbu inspirit?” tanya Ga Eul sambil tertawa lebar,

“Aku akan berdiri disampingmu, dan berteriak sekali lagi ‘Kami saling mencintai, jadi tolong dukung kami’” ucap namja itu sambil mengacak poni Ga Eul lembut.

“YA! NAM WOO HYUN!” ucap Ga Eul keras ketika poninya jatuh menutupi sebagian wajah cantiknya.

“Apakah kau percaya denganku sekarang?”

“Jangan tanyakan kenapa Pangeran tampanmu ini mencintaimu atau tidak,”

“Dan kurasa seharusnya kau menghabiskan segala makanan diatas meja ini sebagai tanda cintamu padaku,”

“Atau setidaknya suapkan aku beberapa makanan?”

“Bisakah kau makan dalam diam Pangeranku?” ucap Ga Eul sambil mengambil Kimchi dengan sumpitnya dan menyodorkan kepada namja yang mulai berisik dihadapannya.

“Ga Eul ah,” panggil Woo Hyun sembari mengunyah kimchi dimulutnya,

“Hem?” jawab yeoja yang sedang menenggak minumannya, tatapannya tertuju pada namja yang sedang menatapnya dalam.

“Jangan pernah bertanya seperti itu lagi, OK? Aku merasa bersalah setiap kau bilang jadwalku padat, setiap kau bilang ucapan inspirit menyakiti perasaanmu,” ucap namja itu sungguh – sungguh.

“Aku takkan mengatakan hal seperti itu lagi, selama kau ada disisiku, selama kau masih menjadi Woo Hyun-Wangjanimku.” Ucap Ga Eul lembut sambil memberikan tatapan percayanya pada namja itu.

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar