Selamat datang

(~^.^)~\(=.=)/~(^.^~) 안녕해세요 친구들.. Selamat Datang.. Welcome .. いらっしゃいませ。。~(^.^~) \(=.=)/(~^.^)~

3.03.2011

Part 1, ITS COMPLICATED LIFE - I Think I Know The Boy That I Love -

Mata yoja itu membulat dengan pasti, bibir mungil berwarna pink itu terkatup rapat. Ia merapatkan jaketnya ketika angin pagi berhembus meniup tubuhnya yang mungil itu, hati yoja itu bimbang, pikirannya tak searah dengan dirinya, pikiran itu melayang - layang entah kemana. Tubuh dan pikirannya bagai berada di dunia dan dua tempat yang berbeda. Seoul pagi ini diselimuti salju dengan suhu 5 derajat celcius. Ga Eul berjalan pelan menyusuri pagi dengan jiwa terombang ambing. Ia tidak sadar ada yang berlari mengejarnya dan sedari tadi meneriakinya. Ga Eul hanya terus berjalan lurus tanpa terusik oleh teriakan itu.

"Noona! Noona~ kenapa meninggalkanku? Eomma bahkan kesal kau tak sarapan!" Shin Dong Ho menarik tas Ga Eul hingga tas itu jatuh dari pundak ke lengan Ga Eul.

"Ya!" Pekik Ga Eul kesal, ia menatap namdongsaengnya yang tersenyum jahil, Ga Eul hanya membetulkan posisi tasnya lalu berjalan lagi tanpa memperdulikan Dong Ho yang memandang noonanya kebingungan.

"Dong Ho ya," kata Ga Eul pelan, Dong Ho yang berjalan riang hanya menyahut sebentar panggilan Ga Eul, yoja itu berhenti sebentar.

"Kau, pergi sekolah hati - hati yah, Gwenchana? Hati - hati saat di KRL." Kata Ga Eul lagi pelan, Dong Ho ikut - ikutan berhenti memandang noonanya aneh.

"Noona!" Pekik Dong Ho kesal, Ga Eul memandang namdongsaengnya kali ini. Ia menatap dengan sedikit senyum yang tersungging sedikit masam dan ketus.

"Noona kuliah siang hari ini, mian." Kata Ga Eul lemah. Ia lalu berbelok menuju sebuah cafe. Ia berjalan lunglai, ia tak perduli akan pertanyaan - pertanyaan bodoh dari namdongsaengnya, atau apapun itu. Ia hanya ingin sendiri pagi ini, hatinya sedingin seoul pagi ini. Ia memandang kedalam cafe yang cukup sepi sebelum ia masuk kedalam, memesan sebuah cappucinno hangat dan duduk diteras cafe itu. Ia menatap lurus kedepan Ga Eul menggeletakkan HPnya begitu saja.

"Kemana yoja pabo itu?!" Namja bertubuh kekar itu terus menelponi yodongsaengnya. Namja itu berlari - lari kesana dan kesini setelah selesai mendapat telepon dari namdongsaengnya.

"Ga Eul ah! Oddinya?????????" Teriak Soo Hyun kesal, ia menengok kesamping dan terkejut, namja itu berjalan menuju dimana seorang yoja menangis. Yoja yang tak akan pernah Soo Hyun biarkan menangis, yoja yang disayanginya sepenuh hatinya, atau bahkan jiwanya. Soo Hyun berjalan semakin cepat, ia memasuki cafe itu dan duduk di meja yang sama dengan yoja itu. Ga Eul tidak menyadari kedatangan Soo Hyun yang terus menatapnya.

"Menunggu air matamu kering, lalu akan pergi dengan mata sembab kekampus juga dengan perasaan suram??" Suara Soo Hyun mengejutkan Ga Eul. Yoja itu menengok cepat lalu mengambil HP juga tasnya. Ia terburu - buru untuk pergi. Soo Hyun menangkap tangan Ga Eul cepat, Soo Hyun mendorong tangan Ga Eul kencang. Yoja itu mengerti, ia terpaksa duduk dihadapan oppanya itu.

"Ceritakan padaku!" Soo Hyun membentak yodongsaengnya kencang. Mata itu menyiratkan kemarahan yang luar biasa. Soo Hyun merasa bersalah selama ini lengah menjaga dongsaengnya hingga menangis seperti itu.

"Anniyeyo Oppa! Nan, nan Gwenchanshimnida!" Kata Ga Eul, air mata itu memaksa keluar dr air matanya. Ga Eul menahan sebisanya. Andai oppa tahu, Jong Hyun telah menyakitiku, telah membuat hati dongsaengnya terluka, mungkin dengan cepat Soo Hyun menangkap namja itu, mengebukinya hingga Jong Hyun meminta maaf dengan wajah penuh memar. Soo Hyun menatap reaksi yodongsaengnya. Ia berdiri dengan cepat dan meninggalka yoja itu begitu saja.

"Oppa!" Pekik Ga Eul keras, ia tahu apa yang akan oppanya lakukan, pasti mencari namja itu, menggebukinya, lalu menyeretnya kehadapan Ga Eul dan menyuruh namja itu berlutut dan meminta maaf.
"Arasho, bahkan untuk kesekian kalinya kau tetap melindunginya. Hajiman Mian! Aku ini oppa mu! Aku merasa sakit ketika kau meneteskan air mata," Soo Hyun mengatakan kalimat itu penuh dengan penegasan membuat Ga Eul menunduk pasrah. Ia tahu oppanya adalah orangnya yang sangat keras. Bahkan seorang Shin Han Kyung appa mereka tak mampu mengendalikan emosi adeulnya itu.

---------

Jong Hyun berjalan dengan gaya flamboyannya. Tiba - tiba sebuah tangan menepuk pundak namja itu. Jong Hyun berbalik, dengan cepat Soo Hyun mendorong namja bertubuh 173 cm itu ketembok. Jong Hyun terbatuk, Soo Hyun menyekal leher Jong Hyun lalu menatap dalam - dalam kedua mata Jong Hyun.

"Minta maaf pada yodongsaengku! Lalu menghilang dari hidupnya! Ia bahkan terlalu jahat untukmu." Soo Hyun menurunkan tangannya. Ia lalu meninggalkan Jong Hyung yang menahan sakit yang menerjang punggungnya.

"Hyong, Soo Hyun Hyong, mianhada," kata Jong Hyun lemah. Ia berdiri terdiam di koridor kampusnya. Ia sadar ia telah salah, Se Kyung telah membuatnya menyakiti yoja itu, yoja yang mampu membuatnya tersenyum bahkan ketika namja itu ada di dalam lubang kegelapan. Namja itu terduduk dilantai pasrah, rasa sesal itu menusuk kedalam tubuh bahkan hatinya.

Soo Hyun masih berjalan ditaman kampus yang tak lain kampus Ga Eul juga. Soo Hyun hanya 2 tahun lebih tua daripada Ga Eul, dan Dong Ho anak termuda dari keluarga Shin itu lebih muda setahun dari noonanya. Ia kelas 3 sekolah menengah atas tahun ini. Seseorang menepuk bahu namja itu, Soo Hyun membalikkan badannya, ia tersenyum ketika melihat Alexander dihadapannya.

"Ndo Noona jigeum oddoke?" Tanya Soo Hyun cemas, beberapa minggu lalu Victoria, Noona dari Alexander mengalami kecelakaan membuat namja itu terpaksa terbang ke Vegas dimana kakaknya itu berada.

"Hanya kecelakaan ringan, untung saja Kevin dongsaengku tak ikut meski ia merengek seharian." Kata Alexander tersenyum bangga. Alexander Woo Eusebio namja yang lebih tua 4 tahun dari Soo Hyun, mereka bersahabat akibat kebodohan Soo Hyun saat memasuki masa - masa kuliahnya pertama kali. Tapi ada Alexander yang selalu membantunya, dan kini Alexander adalah seorang dosen dikampus Soo Hyun.

--------

"Darimana saja?!" Han Kyung menatap ganas kearah ddal satu - satunya itu. Han Kyung memang selalu tegas, ia tak suka Ga Eul pulang terlalu larut.

"Han Kyung ya~ biarkan sajalah. Mungkin Ga Eul lelah. Ia pasti banyak tugas kuliah." Kata Hee Chul menenangkan suaminya yang memang seperti itu, lembut terhadap adeulnya tapi keras pada ddalnya, ia selalu merasa wajib membuat Ga Eul menjadi yoja yang kuat. Tapi itu malah membuat Ga Eul menjadi anak yang lemah lembut, meski yoja itu akan berubah menjadi ketus ketika ia tak suka sesuatu.

"Noona? Appa?" Dong Ho terkejut menemui suasana yang begitu dingin, Ia sadar noonanya pasti sedang dimarahi lagi.

"Noona Annyeong, Appa Annyeong, Eomma Annyeong! Soo Hyunie Hyong Oddinya?" Dong Ho bertingkah polos seperti biasa, Ga Eul berjalan melewati Han Kyung, naik kelantai 2, dimana kamarnya berada, ia melewati kamar oppanya, membuka kamarnya yang kosong itu.

"Noona! Soo Hyun Hyong belum pulang?" Tanya Dong Ho tiba - tiba, ia muncul di belakang Ga Eul membuat yuoja itu terkejut.

"Oooo~ Kamjakyeyo Dong Ho ya~" kata Ga Eul sambil tersenyum tipis kearah adiknya itu dan mengangguk lemah, Ga Eul berjalan memasuki kamarnya.

---------

"Ga Eul ah~" Jong Hyun memanggil Ga Eul lembut, yoja itu berhenti berjalan, ia tersenyum kecut sebentar lalu kembali berjalan tanpa memperdulikan Jong Hyun yang berjalan mengejarnya. Jong Hyun berjalan lebih cepat, Ga Eul merasakan hal itu, ia berlari kecil dan *brak, seorang namja yang sedang sibuk dengan HPnya menubruk Ga Eul. Siang itu cuaca sedikit cerah, meski angin semelir masih membuat tubuh tiap orang bergetar kedinginan. Tapi tubuh Ga Eul menghangat tiba - tiba. Ga Eul terjatuh dan namja itu pun sama, ia berdiri lebih cepat dan mengulurkan tangannya membantu Ga Eul berdiri, Ga Eul merasa pernah melihat senyum yang namja itu punya, tapi ia tak tahu dimana dan kapan ia melihatnya.

"Lain Kali hati - hati," kata Ga Eul pelan lalu meninggalkan namja yang bahkan namanya saja ia tak tahu.

"MIan ~ Mian ~" kata Jong Hyun, ia meminta maaf kepada namja yang berdiri mematung menyaksikan tingkah Ga Eul yang sangat dingin terhadapnya.

"Dengarkan aku!" Jong Hyun menarik tangan Ga Eul kasar. Yoja itu menatap namja yang menurutnya tampan, Jong Hyun menatap Ga Eul lemah, tak biasanya Jong Hyun bertingkah seperti itu. Mata Ga Eul memanas cepat, ia bertahan, ia tersenyum sekali lalu menguatkan hatinya.

"Wajahmu masih tetap mulus, tak ada memar. Tapi aku tahu, Soo Hyun oppaku telah mendatangimu. Kau beruntung Jong Hyun-ssi!" Ga Eul melepaskan genggaman Jong Hyun dan pergi begitu saja. Jong Hyun berdiri terpaku. Ia tak pernah mendengar Ga Eul bicara sedingin itu, ia kehilangan kata - kata yang sudah ia pikirkan, Jong Hyun mengurungkan niatnya. Ia duduk disalah satu bangku taman dan merenungi kesalahannya. Kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan selama ini.

--------

"Hyooooooong," namja bertubuh ramping itu berlari mengejar Hyongnya yang baru keluar kelas. Soo Hyun melambai dan tersenyumn kearah namja itu.

"Masih marahkah? Dengan hyong mu? Alexander Hyong maksudku. Ia sudah kembali dari Vegas kan," kata Soo Hyun sambil mengeplak kepala namja yang selalu menganggap Soo Hyun sebagai Hyong kandungnya sendiri. Soo Hyun memandang aneh kearah buku yang dipegang Kevin, ia merasa kenal dengan buku itu. Buku yang tak asing baginya.

"Ayo makan siang! Ku telpon Xander Hyong!" Kata Kevin bersemangat, tanda ia tak marah lagi pada Hyong yang ia panggil Crazy Old Monkey itu. Ia menelpon dengan mimik wajah bahagia, ia tak menyadari kebingungan yang muncul di benak Soo Hyun.

"Kevin ah~ itu bukumu?" Soo Hyun menunjuk buku berwarna ungu itu tegang, tapi ia berusaha untuk tetap tenang. Kevin terdiam, ia menggeleng pelan, lalu tangannya meraih buku itu lembut, ia memegang sampul buku itu pelan dan membukanya ragu - ragu. Tiba - tiba air muka Kevin berubah, tampak seperti melihat sesuatu yang menakjubkan, mata sipitnya melebar dan senyuman manisnya mengembang tanpa kejelasan, ia menatap Soo Hyun dengan puppy eyesnya.

"Hy.. Hyong, kau harus lihat ini.." Kata Kevin sambil menyodorkan buku itu kearah Soo Hyun pelan - pelan, tangannya seperti tak percaya, ia terdiam dan terpana seketika itu juga, perasaan yang sulit untuk diungkapkan. Alexander datang, menutup buku itu dan mengobrol dengan Soo Hyun. Namja bertubuh 181 cm itu bahkan belum melihat apa yang ingin kevin tunjukan. Kevin tampak tak peduli, ia membuka buku itu lagi dan ia tenggelam dengan buku itu.

"Yoja ini, Hyong kalian harus liat," kata Kevin manja.

"Aaaaa~ ssigeuruuu~" kata Xander lagi - lagi menutup buku itu, kali ini dengan kasar. Kevin mencibir sebentar hingga ada seorang namja menepuk bahu Soo Hyun dengan kasar, namja dengan rambut pirang dan sedikit ikal.

"Oah! Kamjak!" Pekik Soo Hyun, namja itu berdiri dan memeluk si Gamer dengan erat. Cho Kyu Hyun berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Soo Hyun.

--------

"Ga Eul!" Min Hee memekik keras lalu memeluk Yoja itu dengan senyum mengembang. Cho Min Hee sahabat terbaik Ga Eul sejak di kuliah. Mereka terbiasa menghabiskan waktu bersama, entah menonton, duduk di cafe, berbelanja bahkan karaoke bersama.

"Yaaaaaa~" erang Ga Eul, yoja itu masih berkelit dalam perasaan sedihnya. Min Hee menatap sahabatnya itu. Min Hee menepuk keras punggung yoja itu keras. Ga Eul memelototi yoja asal itu, Min Hee hanya tersenyum ceria seperti biasanya.

"Kacha!" Kata Min Hee sambil menarik Ga Eul cepat.

"Oddi?" Tanya Ga Eul polos, Min Hee hanya mengedipkan matanya iseng.

---------

"Expresso!" Kata Min Hee bersemangat,

"Americano~" kata Ga Eul lemah, ia menatap kesekeliling mencari suasana baru.

"Hye Ri oddika?" Tanya Min Hee sambil membuka majalahnya. Ga Eul tak menjawab, mata itu membulat lagi, setiap perasaan sakit itu datang pasti seperti itu. Min Hee menatap Ga Eul aneh, ia lalu mencari arah dimana Ga Eul memandang. Min Hee memanyunkan bibirnya, tangannya mengepal, ia terdiam dan kembali menghadap Ga Eul, membenarkan posisinya, Ga Eul hanya bisa menunduk pasrah.

"Jong Hyun ah!" Se Kyung berteriak pasti, semua mata menatap pasangan itu dan kemudian melanjutkan aktivitas masing - masing lagi. Ga Eul mulai merasakan air mata itu jatuh, ia buru - buru mengelapnya, Min Hee penuh emosi, jika tak melihat air mata Ga Eul mungkin Ia sudah berdiri, memaki bahkan membuat Jong Hyun malu.

"Mianhada Se Kyung ah~" kata Jong Hyun pelan, ia menunduk menatap sepatunya, lalu menengak menatap langit - langit sebentar.

"Nan, nan, nan Ga Eul ga salanghe, aku tak bisa mencintaimu, mianhada.. Jallmutessoyo Se Kyung ah~" kata Jong Hyun cepat, namun kata - kata itu terputus - putus, sepertinya ia sedang mengatakan dan menahan sesuatu dalam waktu bersamaan. Ga Eul merasakan sesak itu muncul lagi di dadanya, isakan itu semakin kuat, tapi Ga Eul tetap bertahan, ia tak mungkin melakukan hal - hal bodoh seperti ini. Se Kyung berdiri dan memaki Jong Hyun, Ga Eul membenarkan rambutnya. Kenangan - kenangan dirinya dengan Jong Hyun kini merebak bagai lagu yang tiba - tiba berputar. Ia mampu mengenali apapun yang Jong Hyun katakan meski namja itu menggunakan speed bicara yang sangat cepat sekalipun. Karena , karena Ga Eul sudah terbiasa. Se Kyung menumpahkan segelas air diatas kepala Jong Hyun dan berlari begitu saja. Jong Hyun berdiri, ia baru mau mengejar Se Kyung ketika matanya menatap yoja yang ia bilang ia cintai, yoja yang ia bilang paling ia butuhkan. Ga Eul berdiri dan berlari meninggalkan cafe itu begitu saja, Jong Hyung ingin mengejar Ga Eul, tapi tangannya ditarik oleh Min Hee dan sebuah tamparan mendarat dengan hebat di pipi Jong Hyun.

"Jangan Ganggu Ga Eul!" Bentak Min Hee galak.

Ga Eul masih terus berlari tanpa arah, ia berlari hingga ia sadar ia sudah jauh dari tempat dimana ia mendengar sebuah kebohongan. Ia duduk ditaman yang ramai, ia menatap kesekelilingnya. Orang - orang bagai mempunyai hidup yang indah pekik Ga Eul dalam hati. Ia menggigit bibir bawahnya dengan kepedihan yang menyesakkan hatinya. Sesuatu yang tinggi tampak menghampirinya, Ga Eul menunduk, ia tak peduli apapun dan siapapun itu, ia ingin sendiri.

"Noona~ ndo? Menangis? Wae? Aku benar - benar namdongsaeng yang pabo! Membiarkan Noonaku yang cantik menangis! Membiarkan orang lain menyakiti Noona ku!" Dong Ho menyalahkan dirinya, membuat Ga Eul semakin sedih. Ga Eul menggeleng lemah, ia tak mau Dong Ho seperti Soo Hyun oppanya, merasa bersalah karena dirinya juga. Dong Ho merangkul Noonanya hangat, Ga Eul ingin mengatakan banyak hal kepada namdongsaengnya itu, tapi hatinya terlalu sesak, energinya terkuras, ia hanya bisa diam. Dong Ho benar - benar tak tega melihat Noonanya seperti itu, tampak lemah dan tak berdaya dalam kesedihan.

"Dong Ho ya~" Ga Eul mengerang pelan, ia melepaskan diri dari pelukan namdongsaengnya. Ia ingin sendiri, bahkan jika eommanya datang sekarang mungkin ia juga akan tetap ingin sendiri. Dong Ho melepaskan pelukannya, ia memandang Ga Eul lembut, ia tersenyum.

"Arasho noona ya~ kau ingin bertanya mengapa aku disini? Aku kabur dari sekolah, kakiku membawaku kesini, dan mataku melihatmu, hatiku merasakan kesedihanmu! Hajiman aku akan cepat - cepat ke sekolah sebelum telingaku kesakitan mendengar ocehanmu. Aku kembali ke sekolah!" Kata namja itu bersemangat, ia berdiri, meninggalkan Noonanya, ia berjalan beberapa langkah, berbalik melambai dan tersenyum manis kearah noonanya dan pergi. Senyum itu hilang setelah ia jauh dari Ga Eul. Mata itu menyipit dan seluruh otot ditubuh namja itu menegang, ia mengambil hpnya dan tangan gemetar penuh emosi yang meluap - luap. Ia tidak terima, apapun dan bagaimanapun akan ia lakukan asalkan ia bisa melindungi noonanya.
Ga Eul berdiri lunglai, ia merasa lebih kuat sekarang ia merasa tegar dan ia telah menyadari segalanya. Tentang membuang waktu dan perasaan tulusnya. Ia telah memendam segalanya, ia akan mulai dari awal lagi.

-------

"Dong Ho?" Soo Hyun menatap namja itu datang dengan ekspresi muka yang marah. Tak biasanya namja itu seperti itu. Dong Ho menatap Soo Hyun sebentar, ia memberikan senyumannya kepada yoja yang sering ia panggil Hyun Ah karena nama yoja itu sama dengan Hyongnya sendiri. Namja dengan mimik sangar itu duduk tegak dan penuh ketegangan. Wajahnya menunjukkan emosi yang tertahan. Hyun Ah datang dan memegang kening Dong Ho lembut.

"Waeyo?" Tanya Dong Ho singkat, Hyun Ah menggeleng dan tersenyum lega. Ia kira Dong Ho sakit, karena biasanya namja itu selalu ceria.

"Hyong!" Suara bass itu membuat Jong Hyun tersenyum tipis. Ia melihat namja denmgan seragam SMA itu dengan sedikit angkuh. Ia sadar namja yang lebih muda darinya itu tidaklah lebih lembut dari Hyongnya yang mungkin saja bisa menghantamnya berkali - kali.

"Mianhada Dong Ho ya~" Jong Hyun akhirnya mengeluarkan kalimat itu juga. Ia sadar, namja itu bersifat keras, ia ingat, setiap Ga Eul kesal karenanya pasti antara Dong Ho maupun Soo Hyun akan mendatanginya meski itu hanya hal kecil.

"Dangsin chebaaaaaaaaaal!" Pekik Dong Ho, emosinya meluap, ia tak bisa seperti ini, bayangan noonanya saat menangis mengiris hatinya. Suara itu bergetar hebat, keberanian Jong Hyun seakan diuji sekarang. Jong Hyun hanya tak mampu berkata apapun, ia tak mau membuat dirinya dan Ga Eul berada dalam posisi yang semakin tak mengenakkan lagi. Jika saja tangan Jong Hyun menyentuh Dong Ho sedikit pasti Ga Eul akan datang, menamparnya dan menatapnya dengan tatapan keji.

"Ndo! Jauhi noonaku, aku tahu kau yang membuatnya menangis. Aku yakin ia pasti akan mendapatkan namja yang jauh lebih baik darimu!" Kata Dong Ho pasti. Ia berusaha menahan pukulan - pukulannya, meski didalam dadanya emosi itu sudah mendidihkan perasaan marahnya. Jong Hyun mengankat tangannya tanda mengerti, lalu berjalan meninggalkan Dong Ho yang masih terpaku.

"Kau harus berjanji padaku KIM JONG HYUN!" Pekik Dong Ho kencang.

"Dong Ho Ya~" suara manis itu sangat dikenali oleh namja yang berwajah segar itu, Dong Ho menengok kebelakang dan kesekelilingnya. Ia tak menemukanm siapapun. Hanya samar - samar seperti melihat seorang yoja berdiri dibelakang tiang listrik yang tadi ia lewati.

"Geu namja, ndo noona namja chingu?" Hyun Ah menunjukkan dirinya, disambut senyum ceria Dong Ho yang lagi - lagi manis. Namja itu mengangguk pasti, ia menunduk sebentar, Hyun Ah menatap namja tampan itu lembut, ia sadar pasti namja itu mengalami masa yang berat hingga ia seperti ini.

"Dong Ho ya~ gwenchana?" Tanya Hyun Ah sekali lagi, nada khawatir terpancar dari nada bicara yoja itu. Dong Ho mengangkat wajahnya, menggenggam erat tangan Hyun Ah dan tersenyum.

"Kuantar pulang, hari sudah larut." Kata Dong Ho manis, Hyun Ah tersenyum malu. Rasa hangat menyisiri kedua remaja itu. Meski angin berhembus sepoi - seopi mereka tetap merasa hangat dan mereka melewati jalan - jalan sepi di malam hari membuat perasaan mereka semakin dekat.

--end of part 1--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar