This a random FF, other cast is me as Shin Ga Eul, and for man cast i don't know who is he LOL, because this just a random FF ^-^
-------
“Bi..” ucap namja itu lemah sambil menjulurkan tangannya yang cukup kekar dan membiarkan butiran – butiran air yang dingin itu menyentuh kulit putihnya.
-------
“Sunbae,” ucap seseorang tiba – tiba, namja itu berbelok dan menatap yeoja yang sedang berdiri tak jauh dari koridor dimana ia sedang berdiri. Yeoja dengan rambut hitam kelam dan panjang, matanya tampak merah dan sedikit berkaca – caka. Mungkinkah yeoja itu menangis? Namja yang masih berdiri diam itu hanya mampu terpaku dan menatap kosong kearah yeoja itu.
“Sunbae hanya bisa diam?” suara yeoja itu sedikit berteriak, bersamaan dengan angin kencang yang sedang meniup seoul sore itu. Air mata yeoja itu terjatuh perlahan, mungkin memang tak sederas dengan hujan yang sedang membasahi ibu kota South Korean sore itu. Namun dibanding ribuan air yang sudah membasahi tubuh yeoja itu, hanya ada satu tetes yang paling membuat remuk hati yeoja itu. Air matanya sudah jatuh dihadapan namja yang membuat hatinya remuk dan pecahannya menusuk tepat di jantung dan paru – parunya. Membuat insan manis itu tidak mampu bernafas dan memompa darahnya untuk terus menjalani kehidupannya sendiri. Masih bisakah ia terus bertahan hidup? Pertanyaan yang bodoh bagi yeoja itu.
Keduanya hanya berdiri diam dan tak mengucapkan sepatah katapun, tubuh yeoja itu sedikit menggigil kedinginan, membuat namja itu bergerak maju selangkah, berusaha mendekat kearah yeoja itu. Namun yeoja itu mundur selangkah, bersamaan dengan majunya tubuh namja itu.
“Hanya berdiri diam disitu,” ucap yeoja itu sambil mengepalkan kedua tangannya. Kiri dan kanan telapak tangannya terasa nyeri karena ia mengepal keduanya terlalu keras dan membuat kuku – kukunya menusuk – nusuk telapak tangannya sendiri. Sekali lagi air mata itu jatuh, membuat kepingan hati yeoja itu semakin menusuk jantung dan paru – parunya.
“Aku akan berhenti disini sunbae,” teriak yeoja itu. Ia kemudian diam sebentar, menatap dalam namja yang hanya menatap kosong dan lurus kearah yeoja yang sudah basah seutuhnya. Tubuh mungil yeoja itu menggigil tanpa beraturan. Sangat jelas bahwa yeoja itu kedinginan juga kesakitan.
“Setelah hujan ini selesai, maka penantianku selesai. Hari ini hari terakhirmu berada di seoul bukan? Hari ini hari terakhir dimana aku bisa menatap wajahmu yang selalu datar, hari ini hari terakhir perasaanku menghadapmu. Ketika seoul kembali cerah artinya seluruh penantianku selesai, aku hanya akan menunggu hatiku dipungut seseorang yang akan merawatnya hingga seluruh luka yang kau buat sembuh dan kehilangan bekas – bekas yang kini menghancurkan setiap inci tubuhku.” Rintik – rintik air hujan semakin deras, membuyarkan pandangan namja itu, membuat namja itu tak mampu melihat apakah air mata itu masih terus menetes,
Terlihat sebuah gerakan halus yang membuat namja itu kembali tergerak. Yeoja itu mengangkat salah satu tangannya untuk menghapus air di salah satu pipinya. Entah itu untuk menyeka air hujan yang membasahi pipinya atau untuk menyeka air matanya yang berharga.
“Saranghae,” yeoja itu mengucapkan dengan lembut satu kata yang tak pernah ia ucapkan pada namja lain sebelumnya. Kata yang terus ia simpan sendirian, dan kini mulut mungilnya meluncurkan kalimat itu selembut yang ia bisa. Mengucapkan kalimat yang sebelumnya tak pernah bisa ia utarakan kepada seorang namja dihadapannya.
Gemuruh angin semakin keras dan petir tampak bersahutan, cuaca seoul memang sudah tak bersahabat sejak pagi hari, setelah beberapa laporan cuaca mengatakan mungkin hari – hari terakhir musim gugur tahun ini merupakan hari dengan cuaca terburuk sepanjang musim gugur ini.
“Shin Ga Eul!” pekik namja itu tertahan. Yeoja itu sudah berbalik dan berlari meninggalkan namja itu dengan berbagai macam perasaan yang membuatnya tak menentu.
“Mianhada, aku hanya tak ingin menjadi bodoh sepanjang waktu”
“Aku akan menata hidupku tanpamu lagi,”
“Yang kutahu kau tak pantas untukku, karena kau terlalu baik dalam segala hal, kau terlalu sempurna bagiku,”
“Aku hanya musim gugur yang akan selalu membantu setiap pohon kehilangan daun – daunnya karena kekeringan,”
“Aku hanya seorang Shin Ga Eul dan itu tak lebih, kau pantas mendapatkan sesuatu yang lebih dariku. Pergilah sejauh yang kau bisa, aku tak ingin melihatmu terluka karenaku. Kau harus berjuang demi hidupmu sendiri.”
Namja itu membaca surat itu dalam hening. Ia menemukan sebuah surat berwarna biru, warna kesukaannya, dengan kertas putih bertinta hitam. Tulisannya begitu manis.
“Kau sudah harus pulang, bukankah ini hari terakhirmu?” Tanya seorang sem tiba – tiba. Namja itu memasukan segala hal yang ada di lokernya tanpa sisa, dan dengan surat yang Ia genggam, ia membungkuk hormat,
“Aku hanya ingin merasakan suasana sekolah ini untuk terakhir kalinya, karena itu aku bertahan disini sebentar.” Ucap namja itu berbohong.
------
“Whats are you doing?” Tanya seorang pria keturunan asing itu pada namja bermata sipit dengan manik mata berwarna hitam kelap itu.
“Remember about love story in the rain,” ucap namja itu sambil membenarkan tas gendongnya dengan senyum merekahnya.
“About that girl?”
“Yes, one girl that make me think about her every day..”
-----
Namja’s Pov
Aku berjalan ditemani setiap sisi modern yang terpancar dari new York city. Aku tersenyum kearah seseorang yang membuatku memikirkannya sepanjang waktu. Ia disini dihadapanku. Menungguku di sebuah coffee shop yang berdekorasi kecokelatan.
-----
- epilog –
Rintik air tidak membuat namja itu berhenti berlari, matanya menghangat dan kakinya masih terus berlari dengan cepat, membuatnya merasa lelah.
“Shin Ga Eul,” teriaknya, ketika melihat seorang yeoja dengan seragam smu yang basah kuyup dengan wajah merah sehabis menangis. Yeoja itu memalingkan wajahnya ketika ia tahu siapa yang memanggilnya.
“Uljima,” ucap namja itu dengan nada nafas tak beraturan, ia berlari ditengah hujan, membiarkan seluruh tubuhnya bahkan lebih basah dari yeoja yang duduk dihadapannya. Yeoja yang masih menggigil kedinginan menunggu bus yang akan membawanya kembali kesuatu tempat yang mungkin hanya akan membuatnya semakin gila dengan cara hidupnya, dengan cerita hidupnya.
“Kau mengatakan kau menyukaiku bukan?” yeoja itu masih terdiam
“Kau mencintaiku bukan?” yeoja itu menunduk, kedua tangannya menggenggam ujung roknya dengan gelisah,
“Ikut aku ke New York,” ucap namja itu pasti, pandangan nanar menusuk hati namja itu. Melihat yeoja yang katanya menyukainya dengan mata merah dan sembab.
“Aku sudah bilang, aku berhenti menyukaimu, berhenti menantimu, aku bukan duduk disini untuk menunggumu mengejarku,” ucap yeoja itu serak, dengan bibir yang memutih dan wajah yang pucat.
“Kau bilang berhenti setelah hujan ini juga berhenti bukan? Dan aku belum terlambat, tuhan masih baik padaku, membiarkan hujan ini jatuh lebih lama dan aku berhasil mengejarmu.” Ucap namja itu sambil dengan perlahan bersujud disamping yeoja yang masih menatap kosong tanpa arah itu.
“Kau bukan hanya musim gugur yang sesaat ada dihidupku. Aku menyukai segala suasana yang ada setiap kali musim gugur tiba, ijinkan aku memiliki suasana musim gugur sepanjang waktu dan hidupku.” Ucapan itu sontak membuat sebulir air mata Ga Eul terjatuh.
“Kita berhenti disini, aku harus kembali,” Ga Eul berdiri dan berjalan selangkah,
“Ya, kita harus kembali, kemasa dimana semuanya bisa kita tata dengan rapih dan hati – hati. Kembali padaku, takkan kulepaskan segala yang kau berikan padaku. Termasuk cara unikmu mencintaiku.”
------
Ga Eul’s Pov
Jika tuhan memberikan kisah cinta yang unik untukku, kenapa tidak setiap orang mencobanya. Menangislah jika itu memang perlu. Tertawalah meski itu hanya untuk menutupi rasa sakitmu. Setiap yeoja mempunyai perasaan yang rapuh, namun dengan mencitai seseorang kita belajar untuk menjadi lebih tegar, dan kini bukan aku yang terus mencarinya, ia benar – benar berusaha mengejarku, dan meyakinkanku dengan segala yang kata yang ada dipikirannya. Aku sendiri tak pernah tahu apa yang terjadi jika hari itu aku tak mendatanginya dan menangis dihadapannya. Mungkinkah ia sadar bahwa ia takut kehilanganku dan mengetahui perasaannya sendiri? Bukankah setiap namja itu pabo?
-------
“Bi..” ucap namja itu lemah sambil menjulurkan tangannya yang cukup kekar dan membiarkan butiran – butiran air yang dingin itu menyentuh kulit putihnya.
-------
“Sunbae,” ucap seseorang tiba – tiba, namja itu berbelok dan menatap yeoja yang sedang berdiri tak jauh dari koridor dimana ia sedang berdiri. Yeoja dengan rambut hitam kelam dan panjang, matanya tampak merah dan sedikit berkaca – caka. Mungkinkah yeoja itu menangis? Namja yang masih berdiri diam itu hanya mampu terpaku dan menatap kosong kearah yeoja itu.
“Sunbae hanya bisa diam?” suara yeoja itu sedikit berteriak, bersamaan dengan angin kencang yang sedang meniup seoul sore itu. Air mata yeoja itu terjatuh perlahan, mungkin memang tak sederas dengan hujan yang sedang membasahi ibu kota South Korean sore itu. Namun dibanding ribuan air yang sudah membasahi tubuh yeoja itu, hanya ada satu tetes yang paling membuat remuk hati yeoja itu. Air matanya sudah jatuh dihadapan namja yang membuat hatinya remuk dan pecahannya menusuk tepat di jantung dan paru – parunya. Membuat insan manis itu tidak mampu bernafas dan memompa darahnya untuk terus menjalani kehidupannya sendiri. Masih bisakah ia terus bertahan hidup? Pertanyaan yang bodoh bagi yeoja itu.
Keduanya hanya berdiri diam dan tak mengucapkan sepatah katapun, tubuh yeoja itu sedikit menggigil kedinginan, membuat namja itu bergerak maju selangkah, berusaha mendekat kearah yeoja itu. Namun yeoja itu mundur selangkah, bersamaan dengan majunya tubuh namja itu.
“Hanya berdiri diam disitu,” ucap yeoja itu sambil mengepalkan kedua tangannya. Kiri dan kanan telapak tangannya terasa nyeri karena ia mengepal keduanya terlalu keras dan membuat kuku – kukunya menusuk – nusuk telapak tangannya sendiri. Sekali lagi air mata itu jatuh, membuat kepingan hati yeoja itu semakin menusuk jantung dan paru – parunya.
“Aku akan berhenti disini sunbae,” teriak yeoja itu. Ia kemudian diam sebentar, menatap dalam namja yang hanya menatap kosong dan lurus kearah yeoja yang sudah basah seutuhnya. Tubuh mungil yeoja itu menggigil tanpa beraturan. Sangat jelas bahwa yeoja itu kedinginan juga kesakitan.
“Setelah hujan ini selesai, maka penantianku selesai. Hari ini hari terakhirmu berada di seoul bukan? Hari ini hari terakhir dimana aku bisa menatap wajahmu yang selalu datar, hari ini hari terakhir perasaanku menghadapmu. Ketika seoul kembali cerah artinya seluruh penantianku selesai, aku hanya akan menunggu hatiku dipungut seseorang yang akan merawatnya hingga seluruh luka yang kau buat sembuh dan kehilangan bekas – bekas yang kini menghancurkan setiap inci tubuhku.” Rintik – rintik air hujan semakin deras, membuyarkan pandangan namja itu, membuat namja itu tak mampu melihat apakah air mata itu masih terus menetes,
Terlihat sebuah gerakan halus yang membuat namja itu kembali tergerak. Yeoja itu mengangkat salah satu tangannya untuk menghapus air di salah satu pipinya. Entah itu untuk menyeka air hujan yang membasahi pipinya atau untuk menyeka air matanya yang berharga.
“Saranghae,” yeoja itu mengucapkan dengan lembut satu kata yang tak pernah ia ucapkan pada namja lain sebelumnya. Kata yang terus ia simpan sendirian, dan kini mulut mungilnya meluncurkan kalimat itu selembut yang ia bisa. Mengucapkan kalimat yang sebelumnya tak pernah bisa ia utarakan kepada seorang namja dihadapannya.
Gemuruh angin semakin keras dan petir tampak bersahutan, cuaca seoul memang sudah tak bersahabat sejak pagi hari, setelah beberapa laporan cuaca mengatakan mungkin hari – hari terakhir musim gugur tahun ini merupakan hari dengan cuaca terburuk sepanjang musim gugur ini.
“Shin Ga Eul!” pekik namja itu tertahan. Yeoja itu sudah berbalik dan berlari meninggalkan namja itu dengan berbagai macam perasaan yang membuatnya tak menentu.
“Mianhada, aku hanya tak ingin menjadi bodoh sepanjang waktu”
“Aku akan menata hidupku tanpamu lagi,”
“Yang kutahu kau tak pantas untukku, karena kau terlalu baik dalam segala hal, kau terlalu sempurna bagiku,”
“Aku hanya musim gugur yang akan selalu membantu setiap pohon kehilangan daun – daunnya karena kekeringan,”
“Aku hanya seorang Shin Ga Eul dan itu tak lebih, kau pantas mendapatkan sesuatu yang lebih dariku. Pergilah sejauh yang kau bisa, aku tak ingin melihatmu terluka karenaku. Kau harus berjuang demi hidupmu sendiri.”
Namja itu membaca surat itu dalam hening. Ia menemukan sebuah surat berwarna biru, warna kesukaannya, dengan kertas putih bertinta hitam. Tulisannya begitu manis.
“Kau sudah harus pulang, bukankah ini hari terakhirmu?” Tanya seorang sem tiba – tiba. Namja itu memasukan segala hal yang ada di lokernya tanpa sisa, dan dengan surat yang Ia genggam, ia membungkuk hormat,
“Aku hanya ingin merasakan suasana sekolah ini untuk terakhir kalinya, karena itu aku bertahan disini sebentar.” Ucap namja itu berbohong.
------
“Whats are you doing?” Tanya seorang pria keturunan asing itu pada namja bermata sipit dengan manik mata berwarna hitam kelap itu.
“Remember about love story in the rain,” ucap namja itu sambil membenarkan tas gendongnya dengan senyum merekahnya.
“About that girl?”
“Yes, one girl that make me think about her every day..”
-----
Namja’s Pov
Aku berjalan ditemani setiap sisi modern yang terpancar dari new York city. Aku tersenyum kearah seseorang yang membuatku memikirkannya sepanjang waktu. Ia disini dihadapanku. Menungguku di sebuah coffee shop yang berdekorasi kecokelatan.
-----
- epilog –
Rintik air tidak membuat namja itu berhenti berlari, matanya menghangat dan kakinya masih terus berlari dengan cepat, membuatnya merasa lelah.
“Shin Ga Eul,” teriaknya, ketika melihat seorang yeoja dengan seragam smu yang basah kuyup dengan wajah merah sehabis menangis. Yeoja itu memalingkan wajahnya ketika ia tahu siapa yang memanggilnya.
“Uljima,” ucap namja itu dengan nada nafas tak beraturan, ia berlari ditengah hujan, membiarkan seluruh tubuhnya bahkan lebih basah dari yeoja yang duduk dihadapannya. Yeoja yang masih menggigil kedinginan menunggu bus yang akan membawanya kembali kesuatu tempat yang mungkin hanya akan membuatnya semakin gila dengan cara hidupnya, dengan cerita hidupnya.
“Kau mengatakan kau menyukaiku bukan?” yeoja itu masih terdiam
“Kau mencintaiku bukan?” yeoja itu menunduk, kedua tangannya menggenggam ujung roknya dengan gelisah,
“Ikut aku ke New York,” ucap namja itu pasti, pandangan nanar menusuk hati namja itu. Melihat yeoja yang katanya menyukainya dengan mata merah dan sembab.
“Aku sudah bilang, aku berhenti menyukaimu, berhenti menantimu, aku bukan duduk disini untuk menunggumu mengejarku,” ucap yeoja itu serak, dengan bibir yang memutih dan wajah yang pucat.
“Kau bilang berhenti setelah hujan ini juga berhenti bukan? Dan aku belum terlambat, tuhan masih baik padaku, membiarkan hujan ini jatuh lebih lama dan aku berhasil mengejarmu.” Ucap namja itu sambil dengan perlahan bersujud disamping yeoja yang masih menatap kosong tanpa arah itu.
“Kau bukan hanya musim gugur yang sesaat ada dihidupku. Aku menyukai segala suasana yang ada setiap kali musim gugur tiba, ijinkan aku memiliki suasana musim gugur sepanjang waktu dan hidupku.” Ucapan itu sontak membuat sebulir air mata Ga Eul terjatuh.
“Kita berhenti disini, aku harus kembali,” Ga Eul berdiri dan berjalan selangkah,
“Ya, kita harus kembali, kemasa dimana semuanya bisa kita tata dengan rapih dan hati – hati. Kembali padaku, takkan kulepaskan segala yang kau berikan padaku. Termasuk cara unikmu mencintaiku.”
------
Ga Eul’s Pov
Jika tuhan memberikan kisah cinta yang unik untukku, kenapa tidak setiap orang mencobanya. Menangislah jika itu memang perlu. Tertawalah meski itu hanya untuk menutupi rasa sakitmu. Setiap yeoja mempunyai perasaan yang rapuh, namun dengan mencitai seseorang kita belajar untuk menjadi lebih tegar, dan kini bukan aku yang terus mencarinya, ia benar – benar berusaha mengejarku, dan meyakinkanku dengan segala yang kata yang ada dipikirannya. Aku sendiri tak pernah tahu apa yang terjadi jika hari itu aku tak mendatanginya dan menangis dihadapannya. Mungkinkah ia sadar bahwa ia takut kehilanganku dan mengetahui perasaannya sendiri? Bukankah setiap namja itu pabo?
-shin ga eul-
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar