Mistake
- Hwang Soo Jeong
- Kim Jong In
Tatapan
mata tajam itu menohok yeoja itu, tatapan tajam penuh dengan pertanyaan dan tak
memiliki rasa hangat sekalipun. Jemari dari tangan itu mengetuk-ngetuk meja
dihadapannya sambil mendesah kesal.
“Kemana
kau?” tanya namja itu kepada telepon genggamnya.
“Kkamjong,”
ujar yeoja itu lengah, tangannya memegang telepon genggam yang masih menerima
panggilan dari namja yang dipanggil.
“Kenapa
lama sekali?” desis namja itu galak,
“Mianhae,
aku…”
“Bukankah
kau tahu aku sibuk?” cetus namja itu galak. Yeoja itu terdiam dan menatap lemah
ke arah namja itu dalam diamnya ia menggerutu kesal.
“Bukankah
waktu ujian masuk perguruan tinggi masih lama?” tanya yeoja itu dengan
perlahan.
“Bukan
berarti aku bisa bermain-main dan menungguimu terus-terusan bukan?” tanya namja
itu sekali lagi.
“Bukankah
dulu kau bilang semua itu bukan masalah?” tanya yeoja itu dengan suara mulai
meninggi.
“Itu
dulu,” namja itu kemudian terdiam. Yeoja dihadapannya melengos, menghindari
tatapan namja itu.
= Soo Jeong’s Pov
Aku
menolehkan wajahku dari tatapan si bodoh nan sensitive dihadapanku. Itu dulu?
Begitu mudahnya ia mengungkiri janji manisnya terhadapku. Air mataku mulai
begumul dan membuat laut di pelupuk mataku. Kini ia tak mengeluarkan sepatah-katapun.
Ia hanya sensitive kepada perasaannya dan tak pernah peka terhadap perasaanku.
Memangnya siapa aku? Aku ini kekasihnya, wanita yang katanya ia cintai, wanita
yang katanya akan mengisi masa depannya, tapi apa sekarang? Itu dulu katanya?!
Tangannya
berusaha mengelus lembut tanganku, aku melirik lirih tangan manlynya dan
menarik tanganku dari atas meja, ku ambil HPku yang tergeletak diatas meja
berdekatan dengan kopi yang dipesannya sembari menungguku. Angin sore
menemaniku, ya! Hanya angin sore, dirinya sama sekali tidak menemaniku, ia
sekali lagi memberikanku rasa sakit yang menusuk perlahan tapi pasti.
“Soo
Jeong-ah,” ujar namja itu lemah.
“uri geumanhaja Jong In ah..(kita putus
saja Jong-In ah)” ujarku lembut, aku tersenyum sebisaku dan
menelusuri wajah tampannya yang mungkin akan begitu kurindukan. Kulit
cokelatnya yang manis selalu mengelus dan merangkulku lembut takkan lagi
kurasakan. Pikiranku melayang jauh dari tempatku saat ini. Ia terdiam dan
menatapku tak percaya, kukuatkan kedua kakiku untuk beranjak dari dudukku dan
melangkah pergi meninggalkannya sendiri dengan bayanganku.
“Ya!
Hwang Soo Jeong!” pekiknya sambil berdiri dari duduknya dan berusaha
mengejarku, beberapa pelayan café memperhatikan kami, kami? Tidak, sekarang aku
dan Jong In berbeda dan tidak dapat lagi disebut kami, batinku menahan lagi
rasa sakit yang ia berikan atau hanya ilusi ku saja?
“Dengarkan
aku,” ucapnya terengah, ia hanya berlari beberapa langkah namun deru nafasnya
memburu cepat seolah ia telah menyelesaikan beberapa putaran lapangan.
“Aku
harus bertemu dengan Sung Gyu Oppa.” Ucapku lirih, mianhaeyo Gyu Oppa, aku
memakai namamu lagi, ucapku tulus dalam hati. Tangan kecolekatan kekarnya
terlepas dari lenganku, seolah ia membiarkanku untuk mengejar namja lain.
Dengan cepat aku memegang tali tas selempangku dan menggenggam erat telepon
genggamku, aku berbalik dan membiarkannya yang berdiri dengan lemah sambil
melihat punggungku menjauh dari sosoknya yang terdiam.
= Writer’s Pov
Yeoja
itu berjalan dengan mata yang masih berkaca-kaca dan angin musim itu
menemaninya, ia sendiri tak tahu musim apa sekarang, yang jelas sore itu
mendung adalah suasana hatinya, kakinya membawanya kesebuah café yang terletak
tak jauh dari sebuah universitas.
‘tingtong’
Bunyi
bel zaman dahulu itu nyaring, menandakan bahwa ada seseorang yang membuka pintu
café tersebut dan sesosok wanita masuk.
“Ga
Eul-ah, adikmu,” ucap Min Hee sambil mengelap meja yang baru saja selesai
dipakai pelanggan café tersebut. Yeoja yang dipanggil Min Hee melolong dan
menatap yeoja yang dimaksud oleh Min Hee dengan tatapan datar.
“Biarkan
dia,” ucap Ga Eul sambil mengusir Min Hee dari hadapan Soo Jeong. Ga Eul
memesankan yeoja itu sebuah hot chocolate dan menyuruh Min Hee mengantarkannya
kepada Soo Jeong.
“Minumlah,
gratis.” Ucap Min Hee santai pada Soo Jeong, yeoja itu menoleh dan menatap Ga
Eul resah.
“Tak
apa, duduk dan minumlah,” ucap Ga Eul dengan perlahan, Soo Jeong mengerti
dengan cara membaca gerakan mulut Ga Eul.
“Ada
apa dengannya yah?” tanya Min Hee penasaran.
“Jaga
kasir sebentar, aku akan ke loker mengambil telepon genggamku,” ucap Ga Eul
sambil menepuk bahu Min Hee yang membalasnya dengan anggukan singkat.
“Apa
kau bertengkar dengan Soo Jeong?” pesan itu terkirim kepada kontak dengan
nama ‘Jong In’. Ga Eul lalu
me-non-activekan suara dari Hpnya dan memasukan kesaku seragam kerjanya.
“Sudah?
Apa Jong In membalasnya?” tanya Min Hee sekembalinya Ga Eul dari ruang loker,
yeoja itu menggeleng cepat dan melayani pe4langgan yang sudah siap memesan
minuman mereka.
= Jong In’s Pov
Kris
Hyung terus memaksaku untuk berbicara kepadanya ketika pikiranku jelas-jelas
terbang kesana kemari dengan tak menentu.
“Katakanlah,
jelaskanlah,” desak namja yang memiliki tubuh luar biasa itu disebelahku, aku
menjatuhkan tubuhku kererumputan luas disekitar sungai Han.
“Hyung.”
Ucapku datar, ia menoleh dan menatapku, aku kesialauan menatap wajahnya.
“Na eoddeokhaji? (Aku bagaimana?)”
tanyaku bodoh, ia mengerutkan alisnya yang tebal tersebut dan ikut tiduran
diatas rerumputan bersamaku.
“Apanya?”
tanya-nya sekilas.
“Soo
Jeong memutuskanku, dan sekarang ia bersama dengan Kim Sung Gyu,” ucapku
tertahan, sakit untuk memikirkannya apa lagi mencoba membayangkan apa yang
sedang yeoja itu lakukan dengan namja bermata sipit itu.
“Kenapa
bisa ia memintamu untuk putus dengannya?” tanya namja disampingku lagi dengan
nada kebingungan.
“Karena
kata-kata bodohku, karena aku terlalu bodoh untuknya, atau apapun itu,” ucapku
sambil mengacak-acak rambut hitamku resah.
“Kenapa
tidak menjaganya dengan benar?” pertanyaan itu menohok jantungku dengan tepat.
Kris Hyung menyukai Ga Eul, namun yeoja yang katanya kakak angkat dari Soo
Jeong itu memilih Nam Woo Hyun, namja yang tingginya jelas kalah jauh dari Kris
Hyung dan memintan maaf karena ia tak bisa menerima Kris Hyung karena beberapa
alasan tak masuk akal.
“Kau
tahu bukan, aku masih dalam usaha mendapatkannya, dan menunggunya berpisah
dengan Woo Hyun? Dan hal itu juga yang sedang dilakukan oleh Kim Sung Gyu, yang
notabene sainganmu Jong In-ah.” Dan ia benar, wajahnya serius saat mengatakan
hal itu. Alasan Soo Jeong menolakku adalah karena hubungan kami sudah lebih
dulu dimulai saat ia berkenalan dengan Kim Sung Gyu.
“Lalu?”
tanyaku bodoh, namja jangkung disebelahku siap menonjok bahuku lembut.
“Kejar
dia,” ucapnya sambil tersenyum sekilas. Namja itu memang jarang tersenyum dan
selalu serius, namun tingkahnya selalu hangat jika Ga Eul Noona berada
disekelilingnya.
“Pesan
dari Ga Eul Noona,” gumamku perlahan, Kris Hyung jelas mendengarnya. Ia melirik
kearah Hpku dan membuang tatapannya kearah lain dengan cepat.
“Ke
café tempatnya part-time?” tanyanya ambigu.
“Hah?”
tanyaku kebingungan,
“Siapa
yang kecafe tempat Ga Eul Noona ? Kita? Atau Soo Jeong?” tanyaku sambil
menatapnya bingung.
“Soo
Jeong,” ucapnya dingin.
“Mungkin,
kalau tidak bagaimana mungkin Ga Eul Noona mengetahui masalah kami…” ucap ku
tak enak, namja disampingku selalu menaikkan tingkat kesensitivitasannya setiap
kali nama yeoja itu disebut.
“Apa
kau akan kesana?” tanyanya datar, aku mengangguk, menandakan aku mengikuti
sarannya, mengiyakan bahwa ia memberikan saran yang tepat.
“Hyung
mau ikut?” tanyaku entah polos, bodoh, atau apapun itu. Ia menganggukan
kepalanya sebentar dan kami beranjak dari taman bodoh itu.
= Writer’s Pov
“Ga
Eul-ah,” panggil Min Hee dengan rasa penasaran yang jelas terlihat di air wajah
yeoja itu.
“Apa?”
tanya Ga Eul ketus, tingkat keingin tahuan Min Hee selalu meningkat jika itu
menyangkut dengan kisah cinta orang lain.
“Apa
Jong In belum membalas pesanmu?” tanyanya berbisik,
“Belum,”
ucap Ga Eul santai dan tak perduli.
“Apakah
ia akan datang langsung yah…” ucap Min Hee dari keras hingga mengecil ketika
beberapa pelanggan memasuki café dan memesan minuman kepada Ga Eul, yeoja itu
sembari bersiap membuat pesanan para pelanggan.
“Hyung
memang selalu melakukan hal bodoh setiap pelajaran bukan?” suara lantang itu
membuat semburat pink di pipi Ga Eul, ia menunduk dan mencoba untuk bertingkah
biasa.
“Yeoja
manis, aku ingin kopi pahit satu karena aku mabuk manis karenamu,”
“YA!
NAM WOO HYUN ITU MENJIJIKAN!” pekik Min Hee sambil melempar selembar tissue
kearah Woo Hyun, namja itu hanya menyengir bodoh atas tingkah Min Hee.
“Kupesankan
yang biasa, Sung Gyu Oppa?” tanya Ga Eul pada Sung Gyu yang tak berhenti
tertawa menatap aksi kekerasan dan anarkis ala Lee Min Hee.
“Cappucino
dengan banyak Whip.” Ucap namja itu sambil membelokan tatapannya dan menemukan
sesosok yeoja yang terdiam dan membiarkan cokelat hangatnya mendingin tanpa
disentuh sedikitpun.
“Boleh
aku duduk di meja yang sama dengan Soo Jeong?” bisik Sung Gyu pada Ga Eul yang
dijawab dengan anggukan polos milik yeoja itu.
“Ah!
Woo Hyun Oppa! Kemana Ho Won? Ia masih mengutang padaku satu box Kimbab!” ucap
Min Hee percaya diri.
“Buatkan
minuman kami dengan cepat, dan akan kubuat ia datang ke café ini.” ucap Woo Hyun
dengan senyum bodoh ala dirinya.
“Ish,”
desis Min Hee sambil mengerjakan minuman milik mereka berdua.
Sung
Gyu duduk didepan Soo Jeong yang tak begitu memperhatikan sekelilingnya.
“Minumlah,
hot chocomu sudah dingin,” ucapan namja itu membuat Soo Jeong tersentak dari
khayalannya.
“Ga
Eul-ah, inikan hari sabtu, kenapa masih berkerja part-time? Kapan waktumu akan
kau habiskan denganku?” tanya Woo Hyun keras-keras dan masa bodoh dengan
sekelilingnya.
“Gajinya
lebih tinggi,” ucap Ga Eul polos dan sekedarnya.
“Pentingan
Gaji daripada berkencan denganku,” ucap Woo Hyun kesal.
“Apa
kau ada masalah?” tanya Sung Gyu sambil menyenderkan punggungnya kesandaran
bangku yang ia duduki,
“Aku
ambil minuman dulu,” ucap Woo Hyun yang mengerti kehadirannya mengganggu dua makhluk
disebelahnya.
“Telepon
Howon dihadapanku,” paksa Min Hee dengan menahan minuman yang dipesan dua namja
itu.
“Anniyo
oppa,” ucap Soo Jeong sambil mencoba untuk tersenyum, air matanya sudah masuk
kembali kedalam sel-sel dimatanya dan perasaanya sudah mulai baikan, karena itu
ia tak ingin membahas apapun tentang Jong In dan masa lalunya.
“Apakah
ia menyakitimu?” tanya Sung Gyu hati-hati.
“Siapa
maksud oppa?” tanya Soo Jeong berpura-pura tak tahu,
“Coco,”
ucap Sung Gyu dengan senyuman dan eye-smilenya polos.
“Coco
baik dan sangat penurut,” ujar Soo Jeong sambil tersenyum lega, karena Sung Gyu
tidak mengucapkan nama namja yang sedang tak ingin ia dengar sama sekali.
“Dia
memang yang paling manis dibanding dua saudara lainnya,” ucap Sung Gyu sambil
terus tersenyum
“Apa
oppa ingin melihat selcaku dengan Coco?” tanya Soo Jeong dengan senyum yang
membuat Ga Eul menghela nafas lega.
“Kau
sering berselca dengannya?” tanya Sung Gyu dengan nada penasaran. Soo Jeong
mengangguk cepat,
“Ada
foto Ga Eul Onnie dengannya juga, aku selalu memaksanya berfoto dengan Coco
setiap kali ia datang kerumahku.” Ucap Soo Jeong dengan senyum yang muncul
diwajahnya.
‘tintong’
Suara
bel itu berbunyi lagi dan Ga Eul bersiap menyambut tamu yang berjalan masuk,
namun salam smabutan yang biasa yeoja itu sebutkan tertahan di ujung bibirnya
dan ia segera melirik kearah Soo Jeong dan Sung Gyu yang tampak sibuk dengan HP
Soo Jeong.
Senyuman
dingin milik namja itu seolah menarik perhatian dari Min Hee juga Woo Hyun yang
sibuk berceloteh riang tak jelas sambil membicarakan tentang Ho Won. Senyuman
itu membuat Min Hee mundur dan mendekat kearah Ga Eul dengan pasti.
“Hwang
Soo Jeong,” suara dengan nada dingin itu membuat yeoja yang sedang
men-slide-slidekan pic dari HPnya terdiam dan menoleh kearah atas dengan
perlahan.
“Kkamjong…”
hanya kata itu yang meluncur dari mulut Soo Jeong dan sebuat tatapan sangar
didapatnya. Tatapan yang menyakitinya setiap kali namja itu tampak marah.
“Kau
benar-benar bertemu dengannya setelah memutuskanku?” Soo Jeong terdiam,
ke-4orang lainnya menatap tak percaya.
“Putus?”
tanya Min Hee dengan bebisik perlahan, Ga Eul menoleh kearah sahabatnya dan
terdiam. Woo Hyun terdiam melihat keadaan yang mendingin seketika, terutama
ketika ia melihat sosok Kris muncul dengan namja itu.
“Jangan
kesana,” tahan Ga Eul pada Woo Hyun, namja itu mengangguk sambil tersenyum
dengan sangat terpaksa, hal itu tampak jelas pada wajah namja itu.
“Kau
salah paham,” ucap Soo Jeong cepat.
“Lalu
kenapa namja ini bisa ada di list setelah janji makan siang kita hari ini?”
tanya Jong In dengan tatapan dinginnya.
“Jangan
menatapku seperti itu. Itu menyakitkan…” ucap Soo Jeong sambil menahan air mata
di pelupuknya.
“Lalu?
Aku harus bagaimana? Menatapmu seolah kau satu-satunya? Apa itu membuatmu bahagia?
Apa kau lebih senang aku menatapmu seperti namja dihadapanmu ini? Namja yang
tergila-gila padamu?” tanya Jong In setengah berteriak.
“Jong
In-ah, kecilkan suaramu,” Ga Eul maju dan menenangkan Jong In yang sudah
mendapat perhatian penuh dari pengunjung lainnya. Jong In menatap Ga Eul dengan
galak dan melengos kesal kearah lain.
“Jangan
seperti itu,” ucap Kris sambil berdehem tepat dibelakang namja yang dikuasai
amarahnya itu.
“Bukankah
lebih baik mencintai namja yang tergila-gila padaku dibandingkan aku mencintai
namja yang KATANYA mencintaiku? Tanpa ada bukti? Namja yang katanya mencintaiku
tapi dengan mudah menyakitiku dengan tatapannya, dengan kata-katanya dan dengan
tingkahnya? Tidakah kau berpikir aku ini bagai bonekamu Kim Jong In?” suara Soo
Jeong terdengar datar namun beremosi tak stabil. Diam, Jong In terpaku. Kalimat
itu memang sangat pas untuk dirinya. Ia mengacuhkan Soo Jeong sejak ia lulus
sekolah menengah atas dengan alasan persiapan masuk perguruan tinggi. Faktanya?
Ia bermain dengan teman-temannya hingga malam dan mematikan telepon genggamnya
seolah ia benar-benar sibuk mengurung diri dan belajar. Tatapan matanya yang
menyakitkan adalah tanda ia salah kepada Soo Jeong, yeoja yang mengisi ruang
hampa di lubang kehidupannya. Tatapan mata itu merupakan cerminan rasa
cemburunya karena Soo Jeong akhir-akhir ini lebih sering menghabiskan waktu
dengan Kim Sung Gyu yang memang saingannya, namja itu menyukai Soo Jeong dan
terus-terusan memperlakukan yeojanya dengan pengertian dan perhatian. Lalu dengan
kata-kata kasarnya? Apa yang bisa Jong In lakukan? Ia terlalu cemburu dengan
kedekatan antara Sung Gyu dan Soo Jeong, terutama ketika Sung Gyu memberikan
anjing kecil berwarna hitam dengan nama coco untuk Soo Jeong rawat.
“Ti…tidakah
kau tahu? Aku mencintaimu, hanya saja jalan dan cara yang kutempuh salah?”
suara itu bergetar, Soo Jeong tersentak mendengar nada bicara namja yang
mengepalkan tangannya kuat-kuat. Namja itu lalu berbalik dengan senyum yang
tertahan.
“Berbahagialah
dengannya Hwang Soo Jeong.” Ucap Jong In sambil berjalan keluar café tersebut.
Jong In melewati Kris yang melirik kearah Ga Eul yang mencoba menahan Jong In
agar tidak keluar. Tangan Jong In menepis tangan Ga Eul yang mencoba menggapai
lengan namja itu.
“Bisakah
kau tidak kasar? Ga Eul ingin semuanya selesai, bukan memojokanmu atau
menyalahkanmu.” Suara Woo Hyun bersamaan dengan gerakan tangannya yang
menangkap tubuh Ga Eul yang sedikit terhuyung.
“Gwaenchana?”
tanya Kris datar seolah tak memperdulikan kehadiran Woo Hyun.
“Ne,
tolong jaga Jong In.” Kris mengangguk dan melambaikan tangannya kearah Ga Eul
sambil tersenyum sekilas.
“Dia
masih memperdulikanmu,” ucap Woo Hyun seolah menyalahkan Ga Eul, namun yeoja
itu tak menggubrisnya dan berjalan cepat kearah Soo Jeong.
“Kau
mau tissue?” tanya Min Hee perhatian.
“Ada
apa ini?” tanya Ho Won yang baru datang tampak terkejut dengan segumulan
temannya didalam café yang tampak panic.
“Jong
In dan Kris datang beberapa waktu lalu,” ucap Woo Hyun sambil melirik kearah
pintu.
“Ah,
aku melihat Kris mengejar Jong In.” ucap Ho Won santai, ia menghampiri Min Hee
dan menyodorkan satu kantong plastic berisi satu box kimbab yang dijanjikan
namja itu.
=
Satu
tahun berlalu sejak itu, tak ada kontak antara Soo Jeong dan Jong In, sesekali
Kris datang dan setiap Ga Eul menanyakan tentang Jong In, namja itu tampak
menghindari mata Ga Eul dan tak lama ia pamit pergi. Soo Jeong tampak tak
perduli setiap kali Sung Gyu mengajaknya untuk memulai suatu hubungan yang
baru, ia masih terpikir akan alasannya memutuskan Jong In adalah sesuatu yang
salah, ia tak hanya menutup hatinya untuk Sung Gyu, namun untuk banyak namja
juga ia perlakukan sama.
“Eonni
besok hari terakhirmu part-time di café?” pesan itu masuk dan Ga Eul
membalasnya singkat hanya dengan satu kata.
“Eung,”
balas Ga Eul singkat,
“Aku
ingin menghabiskan satu hari dengan memperhatikanmu bekerja.” Ucap Soo Jeong
dalam pesan selanjutnya.
“Baiklah,
bonus untuk penggemarku satu hot chocolate,” canda Ga Eul dipesannya untuk Soo
Jeong.
=
“Hot
Chocoku!” rengek Soo Jeong pada Ga Eul yang menjadi pekerja Part-time dihari
terakhirnya karena ia sudah harus benar-benar folus pada kuliahnya yang ada di
tingkat atas dan akan segera lulus.
“Akan
ada setelah kau kembali dari toilet!” Pekik Min Hee tak sabaran. Dengan langkah
riangnya yeoja itu berjalan kearah toilet yang ada dibelakang ruangan.
“Noona
Annyeong,” sapaan itu lebih dulu membuat Ga Eul tak bisa mengucapkan salamnya
pada pengunjung tersebut.
“J…Jong
In?” ucap Ga Eul tak percaya, namja itu mengangguk dengan senyum galaknya yang
memang biasa terpampang diwajah namja itu.
“Mana
Hot Chocoku eon?!” teriak Soo Jeong pada Min Hee yang juga terdiam. Teriakan
ceria itu tak lagi muncul, yeoja itu terdiam dan menatap dalam namja berkulit
kecoklatan yang jarang dimiliki oleh orang korea.
“Kkamjong,”
namja itu menoleh seakan itu nama aslinya,
“Kau
masih memiliki habit memanggilku dengan panggilan itu?” tanya namja itu dengan
senyuman tulusnya.
“Noona,
hot choco.” Seru Jong In sambil mengeluarkan dompetnya.
“Hari
ini kutraktir, duduklah dengan Soo Jeong dan akan ku antarkan.” Ucap Ga Eul
dengan senyum khasnya.
“Apa
kabar?” pertanyaan bodoh itu dilontarkan Jong In, Soo Jeong hanya tersennyum
bodoh.
“Apa
kau tahu? Kau sama sekali tak berubah.” Ucap Soo Jeong sambil menyeruput hot
choconya dengan smirk cantik yang taksadar ia tampakan.
“Bukankah
benar? Aku memang tak berubah, mungkin kau menjalani hidupmu dan itu berubah
banyak, tapi tidak dengan hidupku.
“Hot
Choco,” ujar Ga Eul sambil menaru gelas dengan hot choco itu dihadapan Jong In,
kemudian yeoja itu kembali sibuk bekerja.
“Yap,
semuanya berubah Kim Jong In, dan bukankah kau yah harusnya jauh lebih
berubah?” tanya Soo Jeong singkat,
“Tidak,
bagaimana aku bisa berubah jika kau menghilang dari hidupku? Aku tak punya
cahaya lagi setelah kau meninggalkanku Hwang Soo Jeong.”
“Lalu?
Apa aku harus kembali bersamamu? Apa kau akan terus menyalahkanku atas
perpisahan itu?” tanya Soo Jeongsambil memalingkan wajahnya dari tatapan namja
itu.
“Tidak,
aku hanya ingin berterimakasih, karena atas perpisahan itu membuatku mengerti
aku bukan hanya mencintaimu, tetapi lebih dari itu.” Ujar Jong In blak-blakan.
“Tapi
aku tahi, saat ini pasti kau sangat bahagia dengan namja yang bernama Kim Sung
Gyu. Yang katamu lebih baik dariku.” Lanjut Jong In lagi, karena Soo Jeong
hanya terdiam dan tidak menjawab kalimatnya.
“Jong
In-ah,” ujar Ga Eul dari belakang meja kasir. Namja itu menoleh dan membaca
bibir Ga Eul dengan seksama,
“Kau
tidak berpacaran dengan Sung Gyu?” ucap Jong In terkejut kearah Soo Jeong,
yeoja itu sontak berbalik kebelakang dan menatap Ga Eul yang berpura-pura sibuk
dengan lap meja yang diputar-putar olehnya.
“Haruskah
aku mengiyakannya?” tawa renyah Soo Jeong muncul dan itu membuat Jong In
mendesah lega,
“Masihkah
kau mencintaiku?” pertanyaan itu membuat mata Soo Jeong membulat dan menatap
dalam mata hitam milik Jong In.
“Apakah
kau juga merindukanku seperti aku yang hampir gila karena tak mampu memelukmu?
Tak mampu mengelus jemarimu, menyibak rambut panjangmu, atau hanya sekedar
mencium wangi parfummu….?” Yeoja dihadapan namja itu terdiam
“Aku
tidak merindukan semua itu, aku hanya merindukan segala tingkah jahatmu padaku.
Seperti ttapan mata yang tajam dan menusuk, kata-kata kasar yang membuatku
membentak-bentakmu, dan tingkah bodoh disaat kita berkencan.” Ucap Soo Jeong
sambil menunduk.
“Lalu?
Apa alasan selama ini kita berpegang pada ego?” Jong In mengecup puncak kepala
Soo Jeong, yeoja itu menaikkan kepalanya terkejut dan tersipu malu.
“Naeko
haja Hwang Soo Jeong.” Ucap Jong In dengan kepercayaan dirinya yang naik
berkali-kali lipat untuk kembali hadir kedalam hidup yeoja yang begitu ia
agungkan itu sekali lagi.
=theend<3=
cr: @sge3009 (twitter)